Semua Bab DIBUANG MANTAN TUNANGAN, DICINTAI MANTAN AYAH MERTUA 2: Bab 31 - Bab 40
74 Bab
SUAP
Cefrilizia menggenggam erat handphone Tommy dan bergegas ke bandara, hanya ini cara terakhir yang bisa dia lakukan untuk bisa keluar dari Indonesia bersama ayahnya. Negara ini penuh dengan orang-orang busuk yang tidak peduli pada norma, yang kuat dialah yang bisa bertahan dan dia tidak mau bertahan untuk alasan apa pun di negara ini, tidak masalah harus menjadi bawahan atau memulai dari nol lagi bersama papanya, yang penting dia bisa hidup tenang bersama Tommy.Di bandara, Cefrilizia menghela napas lega ketika melihat Tommy sudah menunggunya di ruang keberangkatan. "Papa."Tommy membalas pelukan Cefrilizia dengan terharus. "Kamu sudah berhasil, anak hebat."Cefrilizia mengangguk. "Ya, maaf. Cefri berjanji tidak akan mengecewakan Papa lagi.""Ya, Papa tahu- anak Papalah yang paling terbaik."Hanya Tommy yang masih memuji Cefrilizia meskipun sudah melakukan banyak hal buruk di luar.***Burhan melempar dokumen dan berteriak marah ke pengacara yang disewanya. "Bagaimana bisa kamu sebodoh
Baca selengkapnya
PENGGELAPAN
Tidak semua pegawai negeri bekerja secara buruk, tapi banyak sekali oknum yang bekerja sangat buruk, seperti menginginkan uang lebih banyak. Putra sudah pergi ke berbagai tempat dan menangani banyak hal, dia tahu ada pegawai negeri yang bekerja dengan hati, tapi ada juga pegawai negeri yang bekerja hanya untuk kepentingan pribadi. Salah satunya adalah lurah yang dia temui sekarang, di jam kerja saat semua orang sedang mengantri untuk minta tanda tangan, dia malah main handphone.Putra berjalan santai, masuk ke dalam kantor lalu duduk berhadapan dengan lurah tersebut. "Selamat siang."Lurah tersebut mengangguk singkat. "Ada yang bisa saya bantu?""Saya teringat dengan nomor antrian, apakah di tempat ini tidak diberlakukan nomor antrian? Harus orang yang memberikan uang paling banyak yang bisa masuk terlebih dahulu?" tanya Putra tanpa basa-basi.Lurah tersebut tertawa canggung. "Oh, tidak. Saya tidak tahu mengenai hal itu, bawahan saya yang mengatur antrian, saya tinggal duduk dan tanda
Baca selengkapnya
PERSIAPAN VIVI
Si anak remaja menjadi ketakutan dan berjalan mundur. "Anda siapa? Di mana Papa?""Papa kamu datang menyusul, saya hanya ingin membelikan kalian barang-barang. Bisa tunjukkan kepada saya?""Tidak, tunjukkan dulu Papa ada di mana- baru saja beritahu barang-barangnya.""Oh, benarkah? Kamu janji ya, tidak bohong kepada saya.""Bagaimana bisa aku berbohong? Tunjukkan Papa ada di mana?"Putra tersenyum sambil membuka pintu mobil bagian penumpang. "Sepertinya ada yang ingin bergabung dengan Papa tercinta, nah- sekarang bisa tunjukkan semua barang-barang yang diberikan kepada kalian? Siapa tahu ada uang perusahaan kami yang menyangkut di sana."Kedua kaki anak remaja itu melemas ketika melihat papanya diculik oleh orang tidak dikenal. "Papa-"Putra menyuruh Choky untuk keluar bersama tangkapannya. "Ayo, kita masuk."Seorang anak lain yang mengetahui hal itu, segera mengunci pintu rumah. Choky menyerahkan si lurah ke anak buah lain dan menendang pintu dengan sekuat tenaga, pintu yang terbuat
Baca selengkapnya
MENGUNJUNGI MUSUH
Sudah dua hari Sean membongkar kamar Marta dan mencari barang berharga tidak menemukan apa pun kecuali perhiasan. Burhan sudah dua hari tidak pulang ke rumah, sehingga memudahkan Sean mencari ke sekeliling rumah Marta tanpa dicurigai orang lain, dia juga mengabaikan semua ajakan teman-temannya pergi ke luar untuk bermain.Di mana?Di mana?Di mana sertifikat tanah dan rumahnya?Perhiasan memang bisa dijual dengan mudah, hanya saja kebanyakan perhiasan yang dimiliki Marta, diberikan oleh Burhan. Sean tahu bagaimana perhitungannya sang Papa sehingga tidak berani mengambil banyak perhiasan milik mamanya. Dia terpaksa masuk ke ruang kerja Marta dan membongkar berbagai macam dokumen dengan hati-hati, dia sudah membongkarnya di hari pertama saat Marta dibawah ke rumah sakit, namun dia masih ingin memastikan tidak ada yang terlewatkan.Tanpa sadar, matanya mengarah ke sebuah amplop cokelat yang ditaruh di tempat sampah.Sean mengerutkan kening dan ingin menegur pelayan yang tidak membersihka
Baca selengkapnya
HASIL TES
Sean melihat Burhan pulang dalam keadaan mabuk dengan dipapah sekretarisnya, dia segera berlari sambil membawa hasil tes kesehatan Tommy. "Papa-"Burhan yang mabuk dan melihat Sean, mengerutkan kening. "Hm? Siapa ini?"Sekretaris segera menjawab. "Tuan muda."Burhan menarik tangannya yang merangkul sekretaris lalu kedua tangannya menepuk kedua bahu Sean. "Putraku yang tampan dan hebat, bagaimana? Apakah kamu sudah belajar dengan baik? Kamu satu-satunya harapan Papa."Sean mundur selangkah supaya tangan Burhan tidak menyangga tubuhnya, rasanya sangat berat.Burhan hampir jatuh ke depan dan untungnya, diselamatkan sekretaris. "Huh? Kenapa aku bisa jatuh?" tanyanya dengan mabuk."Papa, tidak mencari pria yang bernama Tommy?" tanya Sean.Burhan yang mendengar pertanyaan anaknya, tertawa dengan tubuh limbung sambil menunjuk dengan kasar. "Buat apa, Papa cari pria bodoh itu? Paling dia sembunyi ketakutan!"Sean menjadi panik lalu hendak menyerahkan kertas ke Burhan. "Papa, tolong lihat ini
Baca selengkapnya
KENYAMANAN
Burhan memijat kepalanya. "Ah, pusingku sudah mereda tapi entah kenapa rasanya lemas sekali.""Anda ingin istirahat terlebih dahulu? Saya akan mengambilkan sarapan untuk anda.""Tolong lakukan itu." Burhan kembali merebahkan tubuhnya.Sekretaris membungkuk sedikit lalu berjalan keluar kamar, tanpa sengaja bertabrakan dengan Sean yang buru-buru masuk ke dalam kamar papanya. "Tuan muda," sapanya.Sean menatap tajam sekretaris. "Apa kamu tidak punya mata?!"Sekretaris hanya tersenyum lalu berjalan meninggalkan kamar tanpa merasa tersinggung dengan tindakan Sean.Sean lebih tersinggung melihat tindakan masa bodoh sekretaris papanya. Namun tidak bisa memperpanjang karena papanya memanggil."Ada apa masuk ke dalam kamar Papa? Tidak lihat kepala Papa sakit begini?"Sean menoleh dan buru-buru mendekati Burhan. "Papa masih sakit kepala? Mau Sean ambilkan sesuatu?"Pergelangan tangan Burhan menutupi kedua matanya. "Tidak perlu, ada apa kemari?" tanyanya.Sean berlutut di samping tempat tidur Bu
Baca selengkapnya
PERGI KE PESTA
Handphone Cefrilizia bergetar di dalam tas Vivi sementara Vivi sedang sibuk mengatur pesta nanti malam bersama Nina.Nina yang mendengar itu berkali-kali di tas Vivi, bertanya. "Handphone di tas kamu sudah berkali-kali bunyi. Kenapa tidak diangkat? Siapa tahu penting."Vivi menjawab dengan santai. "Hanya kiriman pesan, tidak perlu dihiraukan."Nina mengangguk dan tidak mengungkitnya kembali. "Gaun kemarin itu- yakin masih mau memakai kebaya?""Ya, tentu saja."Nina menghela napas panjang. "Sayang sekali, aku ingin menunjukkannya ke Marta. Tapi wanita itu masih belum bangun karena bunuh diri, kira-kira kapan dia bangun ya?""Entahlah, yang pasti setelah bangun- dia tidak akan bisa bersikap sombong kembali."Nina menaikkan salah satu alis dan tersenyum canggung, dia mulai terbiasa dengan sikap Vivi yang angkuh ketika membicarakan musuh. Andaikan saja dirinya bisa seperti Vivi-Nina menggelengkan kepala dan kembali fokus berdiskusi dengan Vivi.***Malam pesta berlangsung, semua tamu kal
Baca selengkapnya
PESTA
"Ah, benar. Aku merasa sedih ketika mengingat ada Sean di sini. Jangan dihiraukan perkataanku tadi, aku hanya ingin Papa kamu hidup bahagia."Sean menggumam di dalam hati. Selama ini hidup Papa sudah bahagia dengan para selingkuhannya, mau bahagia dengan cara apa lagi?Wanita tua itu memegang tangan Sean dan mendoakannya dengan tulus. "Aku berdoa, semoga ke depannya kamu menjadi anak yang sukses dan bisa lebih dari Papa kamu, masalah Marta- sebaiknya kamu jangan ikuti dia, bukan contoh yang baik untuk anak secerdas dan sebaik kamu."Sean mengangguk paham dan menarik tangannya perlahan. "Terima kasih banyak."Wanita tua melambaikan tangan dengan anggun dan pergi ke tempat teman-temannya.Dari kejauhan, Vivi duduk di meja dengan santai bersama sang suami yang sedang makan dengan lahap, sebelum acara dimulai. Tidak ada yang berani menyapa pasangan suami istri itu karena gosip yang menimpa mereka berdua.Vivi bisa mendengar suara sumbang di sekitar, sepertinya mereka memang sengaja menunj
Baca selengkapnya
PLAYING VICTIM
"Be- benar, perilaku Reza sangat keterlaluan. Dia menculik Marta hanya karena bertengkar dengan Vivi, mau dijadikan apa? Sandera?" tanya salah satu tamu undangan ke temannya.Vivi tersenyum ketika mendengar pertanyaan itu. "Sekarang saya tanya kepada kalian semua, para tamu undangan terhormat- sebelum pemilik acara muncul dan kalian menghancurkan pestanya. Apakah para tamu sudah melihat bagaimana kondisi Marta yang sebenarnya? Jika kalian ingin melihatnya- saya bisa menunjukkannya secara langsung.""APA-APAAN ITU?!" Teriak Burhan dengan marah. "Kamu menyiksa istriku dan ingn mengatakan bahwa aku yang menyiksa dia?"Vivi menatap Burhan dengan heran. "Lho? Memangnya saya ada membahas tentang penyiksaan? Yang saya ingin tunjukkan adalah kondisi Marta terbaru dan sudah membaik, kenapa anda jadi marah?"Burhan tidak bisa membalas perkataan Vivi, salah bicara sedikit saja bisa jadi masalah untuk masa depannya.""Oh, ya Pak Burhan. Lain kali beritahu sama semua tamu di sini, penyebab proyek
Baca selengkapnya
MULAI TERSUDUT
Choky dan Putra yang baru saja tiba dari perjalanan jauh, pergi menuju pesta dan datang tepat waktu dengan napas terengah-engah."Nyonya, Tuan." Sapa Choky di belakang Reza.Vivi mengerutkan kening. "Kalian berdua sudah mandi?"Putra dan Choky buru-buru menjawab bersamaan. "Kami sudah mandi!" lalu mereka segera menutup mulut ketika menjadi pusat perhatian.Burhan menghela napas lega karena ada orang bodoh yang nekat masuk dan membantunya keluar dari masalah.Reza tersenyum. "Kalian ambil makan sana.""Tapi-""Khusus kalian, tidak ada masalah."Burhan mengerutkan kening dan spontan berkomentar dengan perilaku pasangan suami istri yang bersikap seenaknya. "Kita ada di pesta dan pemilik acara moodnya sedang tidak baik. Kenapa kalian malah mengizinkan para bawahan makan dan minum seenaknya? Bukankah itu khusus untuk tamu undangan?"Vivi dan Reza sama-sama menaikkan kedua alis lalu menatap Burhan yang ada di seberang mereka.Hendra tidak berkomentar dan hanya menatap tajam Vivi dan Reza.V
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status