All Chapters of FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKU: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Penyesalan Harun
"Astaghfirullahalazim!" lirih Wahyu dan Rodiya bersamaan. Saking terkejutnya mereka mendengar cerita yang terlontar dari mulut Salwa.Salwa menceritakan semua yang ia ketahui dari Randa kepada Harun dan Rodiya. Tak ada satupun yang terlewat dan ia tutupi, termasuk juga warisan susuk ilmu hitam yang sengaja di pasang sang nenek di tubuhnya."Pantas saja, arwah Ratih selalu mendatangi kita, Pak! Rupanya memang Ratih tak dimakamkan, Ibuk gak nyangka Emak seperti itu!" ungkap Rodiya benar-benar tak menyangka jika akan seperti ini."16 tahun! Kenapa selama ini kami tak menyadari apapun!" sesal Harun."Tak perlu ada yang di sesali, Paman. Sekarang waktunya kita untuk menyadarkan Nenek bahwa tindakannya salah dan kita harus memakamkan jasad Ibu sebelum purnama penuh 1 minggu lagi. Kalau tidak-""Kalau tidak kenapa?" Rodiya menyahut cepat kala Salwa hanya terdiam tak melanjutkan ucapannya."Salwa juga akan mati menyusul Ibu, Bik!""Astaghfirullah!""Kenapa jadi seperti ini?""Nenek mewariskan
Read more
Tali jiwo
"Waluyo!""Mas Harun!"Sepersekian detik mereka saling terdiam dalam keterkejutan. Hingga Waluyo berbalik badan hendak melarikan diri dari hadapan Harun dan Rodiya.Harun segera menyadari jika Waluyo hendak melarikan diri, dengan langlah lebar dan gerakan cepat ia mengejar dan menangkap Waluyo. Ia mengunci kedua tangan Waluyo dibelakang tubuh."Ngapain kamu di sini?" tanya Harun."Gak sengaja, Mas!" jawabnya gugup.Satu tendangan mendarat di kaki bagian belakang hingga membuat Waluyo berlutut masih dengan kedua tangan dipegangi oleh Harun."Mau berkata jujur atau kupatahkan kakimu!" bentak Harun membuat Waluyo ciut nyali."Am-ampun, Mas!" gagapnya."Untuk apa kamu ditempat ini?" ulang Harun."Em, itu-, saya-" "Jawab!" bentak Harun lagi."Mau ambil jerigen, Mas!" jawabnya takut."Jerigen?""I-iya, untuk ambil formalin ke kabupaten." Harun melepaskan tubuh Waluyo kasar hingga ia terjerembab. Harun berjongkok di depan wajah Waluyo dengan amarah memuncak."Sejak kapan kamu terlibat dalam
Read more
Hadiah istimewa di hari jadi pernikahan
"Bund, Ayah, Bund! Tolong!"Astaghfirullahalazim! Apa lagi ini? Ardhan berteriak panik, aku segera berlari menuju kamar. Betapa terkejutnya aku begitu sampai, melihat mas Wahyu berguling kesana kemari sambil mengerang kesakitan."Ya Allah, Mas!" "Bund, Ayah kenapa Bund?" Yusuf meringkuk di samping lemari melihat ayahnya kesakitan sambil menangis, sementara si Kakak berusaha menenangkan ayahnya."Astaghfirullahalazim!" Pak Haji dan Bu Hajah menyusulku masuk ke kamar.Aku mencoba meraih tubuh mas Wahyu yang sudah basah oleh keringatnya. Tubuhnya bergetar, wajahnya merah padam dengan keringat mengucur membasahi wajah dan tubuhnya."Yah!" aku tak tahu lagi harus berkata apa, tubuhnya kaku tapi berkeringat. Seoalah ia sedang menahan sakit yang luar biasa.Pak Haji dengan sigap membantuku meraih tubuh mas Wahyu. Dibacakannya ayat-ayat suci dan sholawat, mas Wahyu makin mengerang kesakitan. Entah apa yang singgah dalam tubuhnya hingga mendengar suara sholawat saja ia begitu kesakitan."Bund
Read more
Keris apa? (pov Arini)
Hari menjelang malam ketika kami memasuki kawasan kota Jambi, kami memutuskan beristirahat kembali sembari melaksanakan shalat maghrib dan isya sekalian. Pak Haji membawa kami singgah di sebuah masjid besar dan terkenal yaitu masjid Laksamana Cheng Ho yang mirip seperti yang ada di kota Batam, katanya. Sebab aku sendiri belum pernah tahu ataupun sekedar dengar, apalagi menginjakkan kaki di tanah Batam. Masjid besar dengan banyak cerita sejarah berdiri kokoh dengan megahnya di hadapan kami. Aku takjub dengan keindahan bangunan ini, seumur hidup baru kali ini kakiku menginjakkan kaki di tanah Jambi.Usai melaksanakan shalat maghrib yang hampir batas akhir ini, kami tak keluar lagi dari masjid. Sekedar beristirahat sembari berwiridan menunggu waktu isya datang.Tak lama kumandang isya terdengar, para jamaah segera menempati shaf untuk melakukan kewajiban shalat. Banyak sekali yang mengikuti shalat jamaah di masjid ini, rata-rata adalah para warga yang tinggal di sekitaran masjid, ada j
Read more
Turonggo jiwo luruhing sukmo (pov Wahyu)
Dalam rasa sakit yang luar biasa ini aku dikejutkan dengan sisi lain dari Ibu kandungku, sisi yang tak pernah sekalipun aku lihat selama 40 tahun hidupku di dunia ini.Aku menganga tak percaya, berulang kali aku mengucek kedua mataku melihat sosok yang berada di depanku saat ini.Ibu, kenapa bisa? Ya Allah, rahasia apa lagi ini? Atau memang sejatinya Ibu memiliki ilmu khusus? Ah, semua ini membuatku sukit percaya. Susah payah aku bangkit untuk duduk, bahkan Arini dan yang lainnya pun masih nampak terpana hingga tak menyadari jika aku sudah terduduk dengan susah payah."I-Ibuk," gumamku yang di sadari olehnya. Beliau menoleh dan menatapku sendu."Maafkan Ibu, Yu!" ucapnya masih dengan benda itu di tangan Ibu. Ah tidak, melayang lebih tepatnya karena ada jarak antara kulit tangan ibu dengan benda itu.Benda itu berupa keris berwarna coklat keemasan dan bercahaya. Ukurannya lebih besar dari ukuran sepatu, mungkin. Tapi darimana datangnya benda itu tadi? Ah, kenapa seolah aku melihat sos
Read more
Akar masalah
"Astaghfirullah, Ayah!" pekik Arini terkejut sebab Wahyu tetiba terkulai lemas. Dengan sigap, ia merebahkan tubuh Wahyu yang bersandar di tubuhnya."Buk?" Arini melempar tatapan pada Hasnah."Tak apa, tenanglah! Wahyu sudah masuk ke dimensi lain, kita doakan dan terus bantu dzikir dari sini." jawab Hasnah tenang."Baiknya tolong bantu dibawa ke dalam saja!" titak Pak Kyai pada beberapa santri yang ikut bergabung dengan mereka.Dengan cekatan lima orang santri segera membopong tubuh Wahyu menuju guesshouse yang semalam mereka tempati dan segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang."Albi, tolong minta para santri untuk bantu dzikir selama 3 hari kedepan. Semua kelas tolong di koordinir secara bergantian selama 24 jam penuh! Yusuf, tolong buatkan jadwalnya ya!" ucap Pak Kyai pada santrinya."Baik, Pak Kyai! Nanti akan saya kirimkan 10 santri setiap 1 jam bergantian." jawab salah satu santri dengan sopan. Setelah Pak Kyai mengangguk mereka lantas berlalu keluar."Hasnah, kita bantu dzikir
Read more
Harapan untuk Salwa
"Paman, Bibik, ini Salwa ada sedikit tabungan. Semoga dengan ini bisa sedikit meringankan beban Paman dan Bibik." ucap Salwa sembari menyodorkan amplop coklat yang berisi sejumlah uang yang ia ambil ke Bank tempo hari.Harun dan Rodiya masih bergeming belum bereaksi apapun menatap amplop itu."Maaf jika selama ini Paman harus hidup susah karena Ibu, dan maaf juga Paman jika cerita hidup Salwa di kota membuat Paman dan Bibik malu." lanjutnya menatap adik dari Ibu kandungnya itu berkaca-kaca."Salwa, awalnya memang Paman marah sekali pada Ratih. Tapi, setelah mendengar cerita kamu dan membuktikannya sendiri, justru kini Paman merasa bersalah padanya.Karena amarah, Paman mengabaikan Ratih yang sebenarnya butuh bantuan Paman. Paman menyesal sekali tidak bisa menolong Ratih." sesalnya mendalam."Paman, kita masih punya kesempatan untuk menolong Ibu.""Tapi bagaimana caranya?" tanya Harun sedikit putus asa."Salwa yakin, kita bisa Paman. Sekarang terima dulu ini sebagai penebus rasa bersal
Read more
Kedatangan orang kota
Dua hari berlalu begitu cepatnya, kini Salwa tengah gelisah sebab dari beberapa hari lalu Randa tak ada kabar beritanya. Sedangkan hari yang dinantikan Mak Saroh tinggal 3 hari lagi."Duh, gimana kalau Ayah Randa gagal menemui mbah Garmo ya?" gumam Salwa kembali mengirim pesan pada Randa namun masih centang satu.Cukup lama ia berdiam diri menantikan kabar dari Randa, bebraoa saat kemudian ia kembali melihat ponselnya rupanya pesan yang ia kirim sudah centang biru, itu artinya telah di baca oleh Randa.[Tenanglah, Ayah berhasil menemui mbah Garmo. Dan dia berjanji akan melepaskanmu jika apa yang menjadi keinginannya sudah ia dapatkan. Besok dia akan berangkat kesana. Ini Ayah sudah dalam perjalanan pulang dan masih di pelabuhan Merak mau menyebrang]Balasan Randa membuatnya sedikit tenang. Kini tugasnya mengikuti Mak Saroh lagi kemanapun ia pergi."Nek! Nek!" panggilnya sembari mengetuk pintu kamar Mak Saroh. Tak ada sahutan dari dalam, Salwa kemudian membuka pintu kamarnya. Rupanya
Read more
Pesan Randa
Usai dari warung, Mak Saroh pamit pergi ke ladang untuk memetik cabai. Sengaja Salwa tak ikut sebab ia akan ke kampung mati menemui Randa.Ia segera menyiapkan beberapa baju lengkap dan ia masukkan kedalam kantong kresek kemudian membawanya pergi menuju kampung mati. Sebelum pergi, ia sempatkan memberitahu Rodiya.Kali ini Salwa hanya memasang beberapa tanda saja, tidak seperti biasanya ia memasang tanda dalam jarak yang tak terlalu jauh.Ia terus melangkah menuju rumah Randa. Di persimpangan ia melihat sekelebat bayangan seorang wanita melintasi belakang rumah mendiang Ratna.Ia abaikan bayangan itu dan terus melajukan langkahnya, ia sudah sangat hafal akan kondisi kampung ini. Setiap kali ia menginjakkan kaki di kampung ini ia selalu di sambut dengan sekelebat bayangan, entah itu wanita, anak kecil bahkan ketika terakhir ia ke kampung ini ia diikuti oleh sesosok laki-laki tanpa lengan dengan wajah hancur, sampai perbatasan jembatan.Tak sampai 10 menit ia kini berdiri di depan rumah
Read more
Rejeki di tengah badai
Pagi ini pondok pesantren Al-Darrul Huda begitu riuh akan suara-suara merdu para santri yang turut berdzikir membantu Wahyu dalam usahanya memutus ajian Tali jiwo dalam dirinya.Para Santri dengan senang hati berdzikir, mengaji, berwiridan secara bergantian agar supaya doa mereka tak putus."Alhamdulillah, wa syukurillah! Atas ijin Allah, nak Wahyu sebentar lagi pasti kembali." ucap Pak Kyai kepada keluarga Wahyu."Apa itu artinya Wahyu berhasil, Pak Kyai?" tanya Hasnah."Insya Allah!"Kini mereka duduk melingkar di rumah Pak Kyai, usai sarapan bersama. "Tapi jika nak Wahyu berhasil melepaskan diri, tentu akan ada hal lain yang dilakukan Garmo nanti! Dia tidak akan menerima kekalahannya begitu saja." peringat Pak Kyai."Baiknya kita bersiap pergi ke kampung itu, perjalanan memakan waktu lebih dari 8 jam. Jangan sampai kita terlambat sampai di sana." lanjut Pak Kyai."Apa tidak menunggu Wahyu sadarkan diri lebih dulu, Pak Kyai?" usul Pak Haji Nurman."Kunci dari semua masalah ini ada
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status