All Chapters of Merajut Kasih Yang Hampir Sirna : Chapter 41 - Chapter 50
80 Chapters
dunia tipu tipu
Tidak semudah itu wahai mantan suami,” jawabku dengan nada yang menjengkelkan.“Selama ini aku sudah cukup sabar menghadapinya. Bahkan aku tidak mempermasalahkan perselingkuhan kalian ke ranah hukum.” Aku menyunggingkan senyuman ke arah mantan suamiku dan juga wanita yang sudah merusak rumah tanggaku.“aku berbaik hati, tidak menjebloskan kalian ke penjara, karena kasihan terhadap bayi yang ada di kandungan istrimu itu. Namun, sepertinya niat baikku disalah artikan. Aku diam, dikira aku bisa diinjak-injak. Kalian akan melihat siapa Putri sesungguhnya. Bawa istrimu pergi dan kita akan bertemu kembali di pengadilan nanti. Sudah cukup aku bersabar atas perbuatan kalian,” ucapku panjang lebar.“ini negeri wakada, lu punya uang lu berkuasa,” sargah Mutia.Wanita jahanam itu pasti mengira jika aku tidak memiliki uang, karena selama Mas Alfi menceraikan Aku, Ia tidak pernah memberikan aku uang sepeser pun. Terlebih kini lahan kami sudah beralih ke atas namanya. Wanita jahanam itu lupa jik
Read more
harga diri dibawa mati
Harga DiriHerman menetap tajam ke arah Sheila. Ia terlihat tidak seramah tadi. Sepertinya lelaki itu sama kau siapa wanita sialan yang dimaksudkan oleh istrinya.“kamu mau mencoba playing victim? Jadi orang itu jangan suka membolak-balikkan fakta dan menyalahkan orang lain,” ucap Herman dengan emosi tertahan.Baguslah, sepertinya dia memang sudah hafal dengan watak istrinya itu.“Apa kamu belum puas menghancurkan hidup Diah?” tanya Herman. Tatapan matanya begitu tajam tertuju ke arah sang istri.“Aku tidak akan puas sampai kamu berhenti mencintainya. Kamu selalu saja membelanya,” Raung Sheila.“Antara Aku dan Diah sudah berakhir. Tidak ada lagi kisah cinta di antara kami. Aku sudah menjadi suamimu. Apa itu semua tidak cukup untuk kamu?” geram Herman. Sepertinya lelaki itu memiliki stok kesabaran yang cukup tinggi.Terlihat jelas jika dia sedang menahan emosi. Kedua tangannya terkepal kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih.Herman beralih menetap ke arahku. “Mbak, atas nama istri saya,
Read more
memberi tahu
Aku memandang rumah di hadapanku. Rumah yang aku bangun dengan penuh perjuangan. Rumah yang mengingatkan masa-masa sulit aku dengan Mas Alfi. Sepertinya aku harus menjual rumah ini untuk membuang semua kenangan yang membangkitkan eforia ketika mengingatnya. Namun hal itu harus kupertimbangkan masak-masak. “Assalamualaikum,” Aku mengucapkan salam sambil mengetuk pintu. Aku mendengar langkah kaki yang berlari mendekat ke arah pintu. Aris membukakan pintu untuk menyambut kedatanganku. Langsung kurentangkan tangan untuk memeluk sibuah hati. Kubenamkan ciuman penuh kasih di keningnya. Beban yang menindih pundakku seolah sirna tatkala indara penglihatanku mendapati senyuman indah dari wajah kedua malaikat kecilku. “Ayo kita makan,” ajakku. “Mama beli martabak viral ini.” Aku mengangkat tanganku, memperlihatkan kantong kresek yang berisi martabak kesukaan kedua buah hatiku. “asik,” ucap Aris kegirangan. Usia segitu memang saat lagi bahagia bahagianya, karena tidak ada beban yang h
Read more
Julid si Nurdin
Aku menatap kedua putraku silih berganti, menanti jawaban apa yang akan mereka berikan untukku.“Mama tidak perlu khawatir soal itu, karena Aldo tahu bagaimana sakitnya Mama,” jawab Aldo. “Kakak tidak sebodoh Papa,” imbuhnya.Sementara Aris, bocah itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon. Mungkin otak polosnya belum sampai ke tahap itu.“makasih Sayang, kalian sudah selalu ada untuk Mama,” ucapku. Kembali kurengkuh kedua putraku ke dalam pelukan ini.Lama kami saling berpelukan.Aku menarik diri, kembali menatap mereka silih berganti.“Kalian tidak boleh benci sama papa ya! Kalian juga tidak boleh benci sama Mama baru kalian,” nasehatku.“Kami tidak mau punya Mama tiri. Kami hanya memiliki satu Mama dan akan selamanya hanya satu,” sargah Aldo cepat.“Tapi sebentar lagi kalian akan punya adik baru lho! Yakin enggak mau punya mama tiri ?” godaku. Aku tahu ke dua putraku memang sangat menyukai anak kecil.Meskipun hati ini hancur berkeping, Aku tidak ingin anak-anakku tumb
Read more
Pria Narsis
“Sialan,” ucap Diah sambil menggebrak meja.“Lo pikir gue ini apaan? Lo meremehkan gue? Lo pikir gue enggak laku sampai harus menikahi suami orang?” Murka Diah.“Aku nggak pernah berpikiran seperti itu tentang kamu. Aku masih mencintaimu sama seperti dulu. Aku menikahi Sheila hanya karena perjodohan. Tidak ada cinta di antara kami. Tidak bisakah kamu mengerti akan hatiku?” Ungkap Herman lembut. “Kamu satu-satunya wanita yang aku cintai, dulu, sekarang, dan selamanya hanya kamu satu-satunya wanita yang bertahta di hatiku, Diah,” imbuh lelaki itu. Tatapannya begitu sayu menatap Diah.“Apa? Cinta? Lu masih berani mengatakan cinta sama gua setelah lu campakkan gua di saat lagi sayang-sayangnya? Lu bilang enggak ada cinta di antara lu dan Sheila? Lalu anak yang berada di kandungan Sheila itu bukan anak Lo, atau anak yang hadir karena kecelakaan gitu?” tanya Diah sinis. Ia menarik sebelah sudut bibirnya.Herman bungkam mendengar penuturan sang mantan.“Berapa kali lagi harus aku katakan
Read more
Asmara
Asmara Melihat Nurdin yang belum sadar, Diah kembali berucap. Iya, kamu lho, sayang!” seru Diah. geram. Amar menyenggol lengan Nurdin. “Buruan sana, Din!” seru lelaki itu. Ema langsung mendorong tubuh Nurdin yang masih mematung di tempatnya. Dengan penuh keraguan Nurdin menyeret langkahnya menghampiri Diah. Diah langsung menggandeng lengan Nurdin ketika sang lelaki sudah berada di sampingnya. “Kenali, ini pacar aku,” ucap dia sambil bergelayut manja di lengan Nurdin . “Dia juga yang merekomendasikan aku untuk bekerja di sini,” tambah wanita itu. “Aku enggak percaya! Pasti kamu menyogoknya kan?” tuduh Herman. “Gue tidak memiliki banyak uang hanya untuk melakukan sebuah pembuktian kepada lo. Nurdin lelaki yang selalu ada di setiap waktuku. Dia yang menghapuskan air mataku ketika kau menggoreskan luka di hati ini!” Diah semakin menyosor tubuh Nurdin. “Cup” Diah mengecup singkat pipi Nurdin. Bukan hanya Nurdin yang membolakan matanya, kami semua melakukan hal yang sama. Terlebi
Read more
Jadian
Jadian.“Aku bukan bisa aja, tapi bisa apa saja asal bisa hidup bersamamu,” timpal Nurdin.Diah hanya menampakkan senyuman manisnya sebagai respon.“Din!” lirih Diah. “Maaf juga soal aku yang sudah melecehkan kamu,” semakin dalam saja kepala Diah tertunduk. Semburat merah menghiasi pipinya. Pasti gadis cantik itu sedang malu setengah mati.“santai aja lagi. Aku malahan senang kamu lecehkan. Dilecehkan setiap hari pun sama kamu, aku ikhlas-ikhlas aja,” jawab Nurdin.“Kamu mesum ih.” Dia menampol lengan Nurdin.“Aku hanya mengungkapkan fakta,” jawab Nurdin sambil mengelus lengannya.“Aku benaran minta maaf lhoh!” seru Diah, kakinya di hentakkan ke lantai. “aku merasa bersalah sama kamu. Aku sudah merendahkan kamu secara tidak langsung,” imbuh gadis itu penuh sesal.Nurdin terus saja menatap Diah penuh cinta. Kedua bibirnya mengukir senyuman tertahan.“Aku punya ide, biar kamu nggak terus merasa bersalah,” ucap Nurdin setelah sekian detik terdiam. “gimana kalau aku balas melecehkan kamu
Read more
Imamku
Aku menegur kedua gadis yang masih sibuk bergosip ria.“Sudah, jangan asik ngerumpi, lihat tuh pelanggan mulai berdatangan,” tegurku sambil berlalu melewati keduanya.Mereka pun langsung bubar seketika dan kembali baku hantam dengan pekerjaan masing-masing.Hari beranjak semakin sore, aku memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini, karena aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama kedua buah hatiku. Terlebih setelah pengakuanku semalam, aku tidak melihat senyuman bahagia dari bibir keduanya.Aku berniat untuk mengajak kedua putraku makan di luar malam ini.“Jangan pernah tinggalkan Nurdin dan Diah berduaan, takutnya nanti mereka ter-makan bujuk rayu setan,” candaku sebelum pergi meninggalkan warungku.“Siap komandan, kami akan selalu memantau keadaan!” Jawab Ema dan Amar kompak. Keduanya meletakkan tangan di kening memberi hormat ke arahku Aku memilih mampir ke minimarket terlebih dahulu untuk membeli kesukaan kedua putraku. Es krim rasa coklat menjadi pilihanku, karena mema
Read more
Canggung
Canggung Sesekali aku ikut menimpali ocehan keduanya. Terkadang mereka juga bersenda gurau hingga membuat aku sedikit kewalahan Karena posisinya di atas motor.Salah satu warung bakmi menjadi pilihan kedua buah hatiku.Suasana yang begitu ramai membuat kami agak sedikit kesulitan untuk mendapatkan tempat. Bakmi di sini memang terkenal cukup lezat sehingga orang berbondong-bondong mendatanginya terlebih mereka belum bekerja sama dengan layanan.Orang-orang rela mengantri hanya untuk bisa menikmati semangkuk bakmi yang begitu menggugah selera. Begitu pula dengan kedua buah hatiku yang tidak ingin makan di tempat lain selain di sini.Ketika kami sedang celingukan mencari tempat, Aldo menarik bajuku dan menunjuk ke arah sebuah meja sambil bertanya, “Ma, itu siapa?”Aku mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuki oleh Aldo.Netraku melihat sosok yang begitu familiar denganku sedang melambaikan tangan ke arah kami.Rezeki memang tidak akan kemana. Di saat warung sedang penuh-penuhn
Read more
ketemu mantan
Aku begitu penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikan oleh Putra bungsuku itu.“Papa udah nggak sayang lagi sama kami. Papa lebih memilih hidup dengan tante jahat daripada dengan kami. Lagian, sebentar lagi Papa juga bakalan punya anak lain dari Tante jahat,” jawab Aris, kepalanya tertunduk, ia terlihat begitu sedih dan terluka.Mas Farid mengukir senyum, “Papa Kalian pasti sayang kok sama kalian,” ucapnya sambil membelai lembut kepala Aris.“Papa nggak sayang lagi sama kami. Semenjak Papa kenal tante jahat, Papa enggak pernah lagi ajak kami jalan-jalan, nggak pernah lagi bermain dengan kami, apalagi makan bersama di luar seperti ini,” sangkal Aris cepat.“Iya benar apa kata adik. Mama juga selalu nangis di buat Papa, selama Papa mengenal tante jahat,” Aldo menimpali.Ingin rasanya aku menghilang saat ini juga atau berubah menjadi palu-palu.“Enggak boleh ngomong kayak gitu. Walau bagaimanapun Papa itu tetap papa kalian,” nasehat mas Farid.Jujur Aku kagum kepada mas Farid. D
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status