Semua Bab OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM : Bab 21 - Bab 30
51 Bab
bab 21. Diare saat Akad
Seketika wajah Herman memucat menatap ke arah anak semata wayangnya."Pa, kenapa papa diam aja? Jadi selama ini papa nggak pulang-pulang ke rumah karena akan menikah dengan mamanya Rina?" tanya Windi mendekat ke arah Herman yang memucat. Dinda menatap Windi dengan hati tak tega. Siapakah di dunia ini ibu yang tega melihat anaknya menangis karena bapak dan ibunya akan bercerai?"Pa, jawab Windi, Pa! Huhuhu! Papa jahat!" tukas Windi akhirnya karena bapaknya yang tidak mau kunjung menjawab pertanyaan nya dan hanya terdiam."Win, tunggu! Papa bisa menjelaskan!" seru Herman sambil berusaha mengejar anaknya yang masuk kamar. Bi Inah pun segera mengejar Windi, sedangkan Dinda cepat-cepat menghalangi Herman yang akan masuk ke dalam kamar anaknya."Mas, kita sudah dalam proses cerai. Aku anggap hubungan kita sudah selesai. Jadi jangan harap kamu bisa masuk ke kamar Windi!" desis Dinda seraya berlari dan menghadang langkah kaki Herman. Dinda bahkan membentangkan kedua tangannya untuk menghala
Baca selengkapnya
bab 22. Balas Dendam Mertua
Beberapa hari yang lalu,"Gimana? Dita dan ibunya mau tinggal di rumah kita?" tanya Tuti saat Herman baru saja pulang dari kantor nya. Diletakan nya helm dan dicantolkannya ke kaca spion motor. Lelaki itu nenghela nafas kasar dan duduk di samping ibunya di teras rumah. "Iya. Mau. Tapi ..." Herman menjeda kalimat nya. Dia mencomot pisang goreng yang masih hangat di hadapannya lalu mengunyah nya dengan nikmat. "Tapi apa?" "Dita minta mas kawin lima belas juta dan semua gajiku diserahkan padanya," sahut Herman setelah menelan pisang goreng. Mata Tuti membeliak sempurna. "Apa? Lalu kamu mengiyakan saja tuntutan tak masuk akal dari perempuan itu?" tanya Tuti berang. Herman mengangguk. "Hah? Kamu ini bagaimana sih? Dita dan keluarga nya akan numpang di rumah ini tapi dia meminta uang gajimu secara utuh? Apa-apaan pula permintaan mas kawinnya itu?! Beda sekali dengan Dinda yang dulu meminta seperangkat alat salat dan cincin tiga juta saja," ujar Tuti. Nadanya terdengar menyalahkan Her
Baca selengkapnya
bab 23
Herman membuka amplop coklat agak tebal itu. Matanya membulat saat membaca isi surat yang merupakan surat panggilan untuk sidang besok lusa dari pengadilan agama. Dia terperangah saat melihat surat panggilan itu. "Hm, kemarin sewaktu aku mengundang nya menghadiri acara akadku, sepertinya Dinda tidak datang. Sekarang yang datang justru surat panggilan dari pengadilan agama. Ah, ribet banget mending aku nggak usah datang. Toh, percuma saja datang. Lagipula aku sudah menikah lagi. Dan aku juga nggak mungkin mendapatkan hak harta gono-gini karena Dinda mempunyai foto ku dan Dita sebagai ancaman. Ah, sudahlah. Emang gue pikirin!' batin Herman. "Om, kenapa diam saja?! Ayo berangkat, Om. Nanti aku telat ke sekolah," ujar Rina polos. Herman menatap ke arah bocah perempuan yang duduk di boncengan nya. Seketika ingatan nya melintas pada Windi. Mendadak rindu menyerang hatinya yang terdalam. Herman menghela nafas panjang. Dia tidak keberatan Rina memanggil nya Om dan bukan papa, karena bag
Baca selengkapnya
bab 24
Herman mengendarai motornya dengan perasaan campur aduk di sepanjang jalan. Dia tidak tahu kemana harus menghentikan laju motornya saat ini. Lelaki itu menghela nafas berat lalu akhirnya memutuskan untuk berhenti di alun-alun kota. Herman memarkirkan motor nya lalu berjalan tak tentu arah di salah satu tempat duduk panjang dari besi bercat putih di sudut alun-alun. Waktu yang menunjuk pukul sembilan malam, tidak menunjukkan tanda-tanda sepi pada alun-alun ini. Bahkan masih tampak ramai. Di sana sini banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya dan orang-orang yang menikmati malam minggu bersama keluarga atau kekasih nya. Herman termangu menatap langit yang semarak dengan layang-layang yang mempunyai hiasan lampu kelap kelip. Malam ini memang angin sedang kencang. Herman mengeratkan jaketnya. Beberapa pemuda tampak duduk dan bercerita bergerombol sembari merokok dan tertawa-tawa. Herman akhirnya memutuskan untuk mendekati salah satu lapak penjual aneka makanan dan minuman ri
Baca selengkapnya
bab 25
Beberapa hari yang lalu, Herman menatap rekening nya dengan wajah sumringah. "Yess, akhirnya keluar juga nih dana proposal iklan produk," ujar Herman saat dia melihat saldo di rekening nya. Proposal Herman memang terpilih untuk mengiklankan produk baru di perusahaan Santosa onderdil motor. Dan dia yang mengetuai nya. Dengan bersiul-siul, Herman segera mencari informasi tentang penjualan mobil bekas yang masih bagus. "Ah, otakku ini memang cerdas. Banyak penjualan produk baru yang melonjak karena promosi yang kugencarkan. Seharusnya sih tahun ini aku naik jabatan menjadi manajer. Tapi kok tetap stagnan di posisi asisten manajer sih," gumam Herman lantas menggulir mouse di meja kerjanya. Matanya terpana dan berbinar menatap satu persatu mobil yang ada di layar laptop nya. "Wah, ini lumayan masih bagus dan terlihat kuat, murah lagi. Tapi uang ku tidak cukup untuk beli cash. Apa enaknya aku beli pakai uang muka ya? Uang nilep perusahaan dapat dua puluh lima juta. Ah, lebih baik aku
Baca selengkapnya
bab 26
Semua pandangan para karyawan yang diundang ke acara aqiqah langsung tertuju ke arah Dita yang masuk kedalam kolam renang dan basah kuyup!Dinda dan semua yang hadir di acara aqiqah itu seketika tercengang saat melihat Dita yang tercebur ke dalam kolam sedalam dua meter. Dita yang tidak bisa berenang sampai megap-megap dan kedua tangannya menggapai-gapai air kolam di sekitar nya berharap segera bertemu dengan tepian kolam atau menyentuh tangan penyelamat nya. Dinda yang sedang terkejut, segera menyadari bahaya. Tapi karena dia juga tidak bisa berenang, dia hanya bisa meminta tolong kepada orang-orang di sekitarnya. "Tolong! Tolong! Ada orang tenggelam!"Windi segera melesat ke arah Herman yang sedang mengobrol di ruang tengah dengan Gunawan. Gadis kecil itu terdiam sejenak saat melihat bapaknya yang kini terasa asing untuk nya. Tapi akhirnya dia memberanikan diri untuk memanggil bapaknya. "Papa! Tolong Tante Dita. Aku lihat sendiri saat Tante Dita tercebur kolam ketika mencoba me
Baca selengkapnya
Bab 27
"Jadi bagaimana dengan istri saya, Dok? Apa istri saya perlu opname di rumah sakit?" tanya Herman pada dokter jaga UGD di hadapan nya selesai memeriksa Dita. Dokter berkacamata itu menatap ke arah Herman. "Dari hasil pemeriksaan, kondisi istri bapak sehat dan tidak ada air yang masuk ke paru-paru nya. Jadi pasien bisa pulang.Tapi pasien bisa juga dirawat di sini, kalau pasien menginginkan rawat inap sementara karena masih merasa gemetaran dan syok. Semua tergantung pasien dan bapak selaku walinya."Herman menatap ke arah Dita dengan pandangan kesal. "Kamu ingin di sini apa pulang?" tanya Herman.Dita berpikir sejenak. 'Duh, daripada diinfus, lebih baik aku pulang saja. Tapi nanti di rumah aku tetap menjadi babu bagi Mak Lampir Tuti!' batin Dita kesal. 'Akh, aku besok pura-pura sakit saja! Biar Mak Lampir itu nggak bisa nyuruh-nyuruh aku!' sambung Dita dalam hati. "Ya sudah. Aku pulang saja. Nggak enak kalau tidur di rumah sakit," sahut Dita akhirnya. "Baiklah, Dokter. Kami pulan
Baca selengkapnya
bab 28
"Aku tahu. Maafkan aku yang terburu naf su minta cerai darimu. Aku nggak bahagia dengan suamiku. Ehm, bagaimana kalau kita rujuk?" tanya Dita balik. Mata Dita menatap ke arah Damar dengan menggoda. Perempuan itu bahkan mengigit bibir bawahnya untuk memancing reaksi Damar dan mengingatkannya pada kenangan masa lalu mereka. Damar tertawa dan seraya mencium puncak kepala Rina, dia memeluk anaknya dengan erat. Dita mengerucutkan bibirnya saat menyadari mantan suami nya itu tidak menanggapi ajakannnya dengan baik. "Mas, kamu kok cuek sih padaku sekarang? Kamu kan tahu aku sudah memaafkan kelakuan kamu. Lagi pula aku juga paham kok kalau kamu nggak selingkuh dan hanya salah paham," sahut Dita tersenyum. "Jadi nggak ada salahnya kan kalau kita rujuk kembali. Rina pasti juga setuju kalau kita bersama lagi. Ya kan, Rin?" tanya Dita pada anak nya. Damar menghela napas panjang, sementara Rina hanya terdiam. "Kita obrolin hal itu nanti ya? Aku masih ingin ngobrol dan bercanda dengan Rina se
Baca selengkapnya
bab 29
Herman membalikkan badannya dan berseru mencari Dita. "Dit, Dita! Sini kamu!"Dita segera tergopoh-gopoh ke ruang tamu, dia terperanjat saat melihat kedatangan laki-laki dari bank Mekar itu. "Nah, ini nih orang nya! Apa kabar Bu Dita? Lama sekali tidak bertemu kan? Saya sudah mencari-cari bu Dita di rumah yang lama dulu tapi tidak ketemu. Akhirnya saya bisa menemukan Bu Dita di sini. Bu Dita tidak lupa kan kalau mempunyai utang pada bank kami?" tanya lelaki itu lagi. Dita terpaksa menyunggingkan senyum nya. "Eh, pak Asep! Iya saya tidak lupa. Saya bayar angsuran dan bunga nya dulu sebulan ya?! Saya belum bisa melunasi nya dulu."Dita lalu menatap ke arah Herman yang mendelik padanya. "Jadi sebelum menikah denganku, kamu punya utang ke bank Mekar?"Dita menatap ke arah Herman dengan takut-takut. "Iya. Maafkan aku, Mas. Aku menggunakan nya untuk kebutuhan dapur dan biaya sekolah Rina," kilah Dita. Herman hanya menanggapi nya dengan menghela nafas panjang dan mengelus dada. "Ya
Baca selengkapnya
bab 30
"Karena mbak Dinda sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri sejak menyelamatkan keponakan saya," ujar Adinata penuh harap. "Jadi mau kan mbak Dinda datang ke acara family gathering besok di kantor papa?" Dinda menghela napas panjang. Ini pilihan sulit. Kalau dia mengiyakan permintaan Adinata, dia akan bertemu dengan Herman dan juga Dita. Tapi sejujurnya dia juga ingin ikut dengan Adinata. Jauh di dalam hatinya, Dinda merasa puas saat melihat Herman tercengang dengan kondisi nya yang semakin baik dan bahagia setelah mereka bercerai. Lalu Dinda menatap ke arah Adinata. Jujur saja Dinda merasa Adinata bisa membantunya untuk mengembangkan rencana klinik bersalin yang akan dibuka tahun ini. Yah, memang masih wacana, tapi sudah ada dalam pikirannya. "Bagaimana Mbak Dinda? Apa Mbak Dinda dan Windi akan datang besok lusa di acara family gathering perusahaan?""Wah, bagaimana ya? Saya belum bisa memutuskan karena ...""Karena ada pak Herman dan istri barunya?" tebak Adinata. Melihat Din
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status