Semua Bab 30 Hari Menjadi Pacar Kontrak Presdir Dingin: Bab 11 - Bab 20
36 Bab
Bab 11. Kandidat Kencan Buta
Melihat atasannya sangat antusias, Binar pun tak kalah semangatnya. "Tak banyak, hanya setengah kodi saja!" "Sepuluh orang maksud kamu?" Binar menganggukkan kepalanya, "Sepertinya Tuan Angkasa benar-benar mempersiapkan segalanya dengan matang, Pak Presdir." "Itu jumlah yang banyak …" "Benarkah? Lihat, Pak Presdir. Gadis ini cantik sekali. Apa ini anaknya Presdir Chloe? Sepertinya dia sangat cocok dengan Pak Presdir." Begitulah Binar, tidak bisa membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak saat berbicara dengan lawan jenisnya. Saat menyadari kesalahannya, Binar menutup mulutnya. "Sorry! Saya bercanda, Pak Presdir." "Dari mana kamu kenal dengan Presdir Chloe?" "Saya tidak mengenalnya," jawab Binar langsung. "Lalu?" "Lalu?" Beo Binar sambil memutar matanya. "Lalu apa? Ah, ya, lalu saya tahu nama Presdir Chloe dari tuan besar. Bukannya tuan besar tadi cerita tentang Presdir Chloe, ya?" sambungnya. Presdir Tama tak bergeming, berbicara dengan Binar memang harus memiliki kesab
Baca selengkapnya
Bab 12. Kiat-Kiat Dari Rayyan
"Haaa … kena, kalian!" serunya lagi sambil menggebrak meja dengan pelan.Suasana yang tadinya tegang pun menjadi cair kembali saat pria itu malah merapikan rambutnya. Dia adalah Rayyan, atasannya Andin yang terkenal suka merayu wanita."Hayo … ketahuan 'kan, kalian! Ternyata suka ceritain orang tampan." Rayyan kembali melanjutkan ucapannya untuk mencairkan suasana. "Maaf, Pak!" Lirih Binar dan Andin, meskipun Rayyan terlihat baik-baik saja, mereka merasa tidak enak karena sudah lancang membicarakan atasannya tersebut. "Berhubung saya sedang bahagia, saya maafkan. Tahu, nggak? Beberapa jam lalu saya akhirnya dapat nomor teman sekolah saya dulu yang ngejar-ngejar saya.""Kenapa Bapak yang senang? 'kan dia yang ngejar Bapak?" Andin langsung menyambar ucapan atasannya tadi."Karena sekarang dia semakin waw, tak di sangka kecantikannya semakin runcing.""Pisau kali, Pak," protes Andin. "Hei, saya atasan kamu!" oceh Rayyan. Binar tersenyum geli mendengar perdebatan mereka, namun senyumn
Baca selengkapnya
Bab 13. Kencan Pertama
Rayyan terbahak-bahak mendengarnya. Sahabatnya memang tak pernah berubah sejak ditinggal sang kekasih dulu. Entah bagaimana caranya agar trauma tersebut berakhir dan Presdir Tama percaya dengan yang namanya cinta. "Bro! Itu terserah kamu. Kamu yang jalanin, kamu juga yang ngerasain. Tapi saran aku, kamu nikmatin aja rencana dari daddy. Kalau kamu nggak suka, bisa kasih aku!" seru Rayyan sambil terkekeh geli. "Pacar kamu sudah satu lusin, Ray. Dan kamu masih mau tambah? Kayaknya kita harus manggil dr. Richard.""Ngapain?""Buat meriksa otak kamu.""Pak Presdir yang terhormat, dr. Richard itu spesialis jantung!""Aku ini Presdir Tama, aku tidak terima penolakan."Rayyan menarik tangan Presdir Tama membuat pria itu beserta Binar terkejut. "Ikut aku!" titahnya, lalu Rayyan pun melirik Binar. "Kamu juga, ikut saya!""Mau ke mana, Pak?" tanya Binar."Kita cari pakaian yang cocok untuk atasan kita ini. Kita harus berikan yang terbaik untuk beliau!" seru Rayyan. Binar mengikuti langkah Ray
Baca selengkapnya
Bab 14. Meminta Cuti
Lagi-lagi Binar lupa jika atasannya tersebut lain dari pada yang lain. "Maaf, Pak. ""Apa saja kegiatan kita besok?""Pak Presdir sebenarnya saya —""Ada apa?""Saya ingin mengajukan cuti, satu hari saja. Apakah boleh?""Tidak!""Tapi …, bukankah dalam perjanjian boleh mengajukan cuti satu kali dalam sebulan?""Ya, itu berlaku jika saya mengizinkan."Binar tertunduk lesu, padahal dirinya sudah berjanji pada sahabatnya. Mereka akan bertemu esok hari di sebuah cafe. Namun sayang sekali, atasannya tidak berpihak padanya saat ini."Besok ada meeting dan pertemuan dengan kandidat kedua.""Kandidat?""Maksud saya calon kencannya Pak Presdir yang kedua."Presdir Tama menoleh, ia menatap wajah Binar yang tertunduk dengan lesu. "Jangan pasang wajah datar itu pada saya!""Nggak enak, 'kan, Pak?""Hm."Bagaimana Binar tidak semakin kesal? Padahal pertanyaan Binar tadi hanya sebagai bentuk ledekan untuk pria itu, namun sangat disayangkan respon Presdir Tama diluar dari dugaannya."Pak Presdir! Ha
Baca selengkapnya
Bab 15. Dia lagi ... dia lagi ....
Padahal dia sendiri yang tidak ingin diganggu oleh atasannya, tetapi dia pula yang kebingungan karena tidak dihubungi Presdir Tama. Aneh sekali, bukan?Binar menaruh ponselnya di kasur, kemudian ia membersihkan dirinya. Jika biasanya Binar mandi dengan kilat, kini ia pun berendam di dalam bathtub. Binar sangat menikmati setiap sentuhan tangannya di kepala sendiri. "Begini rupanya rasanya kepala dipijat! Ah, nikmatnya." Setelah satu jam berendam karena dirinya pun ketiduran, Binar pun langsung membersihkan dirinya. Memakai polesan di wajahnya, memakai wewangian, tak lupa pula memakai baju yang baru saja ia beli dengan harga sedikit mahal dibandingkan baju-bajunya yang lain. "Queen Binar! Kamu cantik juga, ya! Aku bangga dengan kamu." Binar memuji dirinya sendiri. Baginya jika bukan dia yang memuji, lalu siapa lagi?Cia menunggunya di depan apartemen dengan sepeda motor berwarna abu-abu. Binar pun menghampiri sahabatnya tersebut. "Let's go!" Motor tersebut menjelajahi kota Jakarta. P
Baca selengkapnya
Bab 16. Lontong Sayur
Hari telah berganti. Binar menyesal karena sudah meminta cuti. Namanya saja yang cuti, tapi ia harus bekerja sepanjang hari. Bayangkan saja, Presdir Tama mengikuti perjalanan Binar kemanapun ia pergi.Binar berjalan dengan lesu hingga sampai di depan mejanya. Sekertaris Andin pun menghampiri Binar, "Ciye yang cuti. Gimana? Seru nggak?""Apaan sih? Nggak asik!""Dih, pagi-pagi udah ngomel. Lagi anu?""Aku anu tiap hari selama kerja di sini, puas kamu!""Kenapa sih? Nggak terima, ya, kalau hari telah berlalu?" Sekretaris Andin menyenggol lengan Binar."Asal kamu tahu, kemarin adalah hari yang horor. Namanya aja yang cuti, tapi harus berurusan dengan Pak Presdir!""Hah? Maksudnya?"Binar menceritakan semuanya, mulai dari dia mengirimkan lokasinya, hingga diantarkan kemanapun ia pergi. Tentu saja hal itu membuat sekretaris Andin tergelitik. Bahkan wanita itu tertawa dengan puas saat ini. "Sekali lagi kamu ketawa … aku tabok, nih!""Wih, galaknya …."Tak lama setelah itu Presdir Tama pun
Baca selengkapnya
Bab 17. Kencan Kedua
Wanita cantik memakai dress seksi berwarna kuning membuat mata Presdir Tama sedikit silau memandangnya. Presdir Tama ingin tertawa, namun demi menjaga kesopanan ia pun bersusah payah menahannya. "Tak apa, kami juga baru sampai!" jelas Presdir Tama."Ah, begitu rupanya." Suara seksi tersebut keluar dari mulut gadis tersebut. Gadis itu melihat Binar, "Kamu sekretarisnya, 'kan?" tanyanya pada Binar yang berada di pojokan. Binar menunjuk dirinya, "Saya, Nyonya?""Apa ada orang lain selain kita bertiga?" tanyanya dengan suara yang dibuat-buat. Jangankan Presdir Tama, Binar saja ingin muntah mendengarnya.Binar mendekatinya, "Ada yang bisa saya bantu?""Tolong taruh kursi saya di samping atasan kamu yang tampan ini!"Binar menahan senyumnya, perut Binar tergelitik mendengar ucapan gadis tersebut. "Baik, nyonya. Dengan senang hati!"Sementara itu Presdir Tama sudah memasang wajah datarnya, Binar sangat yakin jika saat ini atasannya tersebut sedang menahan amarahnya. 'Permainan yang seru!'
Baca selengkapnya
Bab 18. Pacar 50 Juta!
Binar benar-benar terkejut saat atasannya mengatakan itu padanya. Ini sudah di luar dari batasan. Mana ada kontrak kerja seperti ini, pikir Binar. "Maaf, tapi saya tidak bersedia, Pak Presdir!""Saya tidak meminta pendapat kamu!""Pak Presdir ….""Saya, Presdir Tama! Saya tidak terima penolakan!""Menurut saya Pak Presdir sudah keterlaluan! Ini sudah melebihi batas, Pak. Ini masalah pribadi, jangan disangkut pautkan dengan jabatan Pak Presdir! Maaf, kalau Pak Presdir tidak terima, saya tidak masalah jika Pak Presdir memecat saya."Disaat Binar sudah sampai di puncak kekesalannya, Presdir Tama malah dengan tenang duduk di kursi kerajaan sambil mendengarkan ocehan asistennya. "Bagaimana kalau saya anggap ini adalah bisnis?" tawar Presdir Tama. Bisnis, katanya. Mendengar kata itu mata Binar berubah menjadi biru. Binar memiliki satu misi selama setahun ini, yaitu mengumpulkan duit sebanyak mungkin agar setelah habis masa kontraknya bekerja nanti ia sudah memiliki banyak duit untuk memb
Baca selengkapnya
Bab 19. Menjadi Pacar Presdir Tama
Dengan ragu Binar menyambut tangan Presdir Tama. Keduanya berjalan dengan beriringan dan tampak serasi. Para maid memberikan salam hormat pada keduanya. "Wah … apa ini namanya surprise, Tama?" tanya Tuan Angkasa. Nyonya Diana mendekati putranya, "Tama! Apa ini? Kamu ingin beri kami kejutan? Astaga, andai saja sejak awal kamu bilang sudah memiliki pasangan, kami takkan repot-repot memberikan kandidat untuk kamu. Iya, 'kan, Dad?""Dan pasangan itu juga sudah kita lihat sebelumnya!" imbuh Tuan Angkasa. Keduanya tersenyum kaku, Nyonya Diana melepaskan tangan Binar yang melingkar di lengan Presdir Tama. "Kalau kekasih kamu adalah asisten kamu sendiri, Mommy sangat setuju!""Bagaimana kejutan dari Tama?" tanya Presdir Tama dengan angkuh."Kami sangat terkejut, Nak! Kamu ini, bisa saja," jawab Nyonya Diana.Tuan Angkasa berdehem, "Ngobrolnya nanti lagi, sekarang kita makan dulu. Ayo di makan, Nak!" titah Tuan Angkasa.Tiba-tiba Binar berdiri dan mengambilkan menu untuk kedua orang tuanya
Baca selengkapnya
Bab 20. Gara-gara menjadi pacar kontrak
Suara ayam berkokok namun tidak mungkin terdengar dari apartemen milik Binar. Akan tetapi matahari yang masuk dari sudut jendela kamar pasti akan terlihat saat gorden jendelanya sedikit terbuka. Suara alarm yang pasang Binar juga ikut serta membangunkan gadis cantik ini. Binar membuka matanya, "Huaaa! Kenapa sudah berganti hari?" pekik Binar.Binar tidak terima dengan pergantian hari tersebut karena pastinya dia akan menghadapi drama yang dibayar. Meskipun dibayar, dia bukanlah artis. Gugup yang dirasakan Binar masih terbilang wajar."Sudah jam 6!" pekik Binar saat melihat jam. Binar lompat dari kasurnya dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar pukul delapan pagi, seseorang mengetuk pintu apartemen Binar. Wanita itu masih merias dirinya. Ia berpikir seorang staf di sana 'lah yang datang membawakan sarapan karena dirinya meminta untuk dibelikan sarapan tersebut."Iya, tunggu sebentar!" teriak Binar dari dalam, dia berpikir orang yang di luar sana mendengar ucapann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status