30 Hari Menjadi Pacar Kontrak Presdir Dingin

30 Hari Menjadi Pacar Kontrak Presdir Dingin

By:  Ai Bori  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
16 ratings
34Chapters
985views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menjadi asisten seorang Presdir dingin dengan banyaknya aturan dalam bekerja, membuat Queen Binar tidak tahan dan ingin segera dapat mengakhiri kontrak kerja. Namun, di ujung ketidaksabarannya, sebuah permintaan konyol dari Sang Presdir dengan iming-iming penambahan gaji yang fantastis, membuat keinginan Binar mau tak mau diurungkan. Lantas keinginan Binar untuk segera terlepas dari atasan dingin itu apakah terlupakan begitu saja? Lalu permintaan seperti apa dari atasannya itu? Apakah Binar sanggup menjalankan permintaan atasannya? Ikutin ceritanya terus, yuk! Dan follow Ig author @yuthikaauthor_

View More
30 Hari Menjadi Pacar Kontrak Presdir Dingin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Khadijah Aisyah
Cerita yang sangat keren
2024-02-04 14:30:32
0
user avatar
Inura Lubyanka
Keren banget thor, seru ceritanya... ayok up yang banyak!
2024-01-15 18:48:24
0
user avatar
Said
Gak bisa berkata-kata, cerita disusun sangat rapi, sampai bisa memanjakan mata, Mangats kak
2023-11-07 18:30:04
0
user avatar
Denistya Hanif
seru banget ini thor
2023-10-23 21:02:31
0
user avatar
SyaSyi
Bagus ceritanya
2023-10-23 20:48:00
0
user avatar
Inura Lubyanka
Keren, up lagi thor...
2023-10-21 09:51:44
0
user avatar
Lynelle Kim
mantap, thorrr ... ditunggu up nya.........
2023-10-05 19:50:28
0
user avatar
Ai Bori
double up thooooor
2023-10-02 23:18:26
0
user avatar
Zuroidaa
awal bab yang menarik di tunggu upanya
2023-10-02 18:56:36
0
user avatar
Say_the name
Crazy up dong thor penasaran sama lanjutannya...
2023-09-27 11:18:56
0
user avatar
Zoya Dmitrovka
Ehm? kepo nih sama si bos. crazy update yuk, Thor!
2023-09-26 09:43:38
1
user avatar
Nathan Ryuu
owalaahh! apakah neng Binar sudah pegang pipipnya akang bos? :"v yok yok! gasken kaakk! menarik nih! bikin kepo!
2023-09-25 19:46:41
1
user avatar
Lovely Bintang
wah Binar. cantik cantik judes nih. semangat kak author update lagi.
2023-09-25 17:39:14
1
user avatar
Summer Rain
wah, novel baru nih, kayaknya seru nih. lanjut Thor!
2023-09-25 17:09:27
1
user avatar
YL Wanodya
wah! lanjut up thorr
2023-09-25 17:00:17
0
  • 1
  • 2
34 Chapters
Bab 1. Hari yang sial
“Na … na … na … nana ….”Suara merdu tersebut berasal dari gadis cantik bernama Queen Binar. Ia sudah rapi dengan pakaian hitam putihnya, ia terlihat sangat seksi namun tetap terlihat elegan. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di PT Angkasa Group yang berada di ibukota Jakarta. Karena dirinya tinggal di kota Bandung. Hal itu mengharuskannya untuk naik kereta agar sampai lebih cepat.“Kenapa keretanya lama sekali?” gerutu Binar saat sudah sampai di stasiun, sementara sang ayah yang baru saja mengantarnya pun sudah langsung pulang ke rumah.Tak lama kemudian sebuah kereta berhenti tepat di depannya, ia harus menunggu karena mengutamakan yang turun terlebih dahulu. Tanpa ia sadari ada seorang laki-laki dengan gelagat aneh yang memerhatikan dirinya sejak tadi.Binar duduk di kursi miliknya, ternyata dia memesan kursi di sebelah jendela agar dapat menikmati pemandangan yang ada.Seseorang duduk di sebelahnya, laki-laki dengan gaya amburadul membuatnya menjadi merinding sendiri. Laki-l
Read more
Bab 2. Isi kontrak kerja
Keringat dingin bercucuran di badan Binar, jantungnya berdetak tak beraturan. Belum lagi bekerja, ia sudah melakukan kesalahan. Rasanya ingin sekali dirinya pulang saat ini, akan tetapi ia tidak ingin mengecewakan keluarganya yang sudah terlihat bahagia saat mendengar kabar baik tersebut.Melihat Binar ketakutan, pria yang berada di hadapannya tersebut pun tertawa, “Apa kamu pikir atasan kamu adalah saya?”Binar menganggukkan kepalanya membuat dirinya semakin tergelitik. “Hei, nama saya Rayyan Andreas, panggil saja Rayyan. Saya hanya wakil, tapi Tama ‘lah yang berkuasa.”“Bagaimana ini, Pak?” Lirih Binar.“Kamu harus tanggung jawab,” katanya. “Ayo kita masuk!” titah Rayyan. “Pak, jangan dong. Saya takut. Apa saya pulang saja ya?”“Kamu mau kalah sebelum berperang? Jangan khawatir, Tama itu udah jinak, Cuma belum dipoles saja.” Rayyan tersenyum geli, ia tahu apa yang ada dipikiran Binar saat ini karena ini bukan pertama kalinya ia menghadapi para asistennya Presdir Tama. “Saya akan c
Read more
Bab 3. Persiapan Kerja
Binar bertanya seperti itu agar mendapatkan belas kasihan dari Presdir Tama, namun apa boleh buat? Pria dingin itu malah pergi dari ruangannya saat ini. Binar hanya bisa menghela napasnya, cobaan hidupnya sangat berat saat ini.“Tenanglah, Tama sudah jinak!” kata Rayyan menenangkan Binar.Binar celingukan melirik kanan dan kiri, melihat situasi supaya atasannya tersebut tidak mendengarkan pembicaraan mereka. “Kamu cari siapa?” tanya Rayyan.“Pak Presdir.”Rayyan cekikikan, “Sebegitu takutnya kamu dengan dia?”“Memangnya Pak Rayyan tidak takut?”“Saya hanya menghormatinya sebagai atasan, lagian dia aslinya lucu kok.”“Lucu?” beo Binar. “Agak lain lucu versi Pak Rayyan, ya! Ah, sudahlah. Tolong bantu saya untuk keluar dari sini, Pak!” titah Binar melanjutkan ucapannya sambil memohon.“Maaf, Binar. Bukan saya tidak ingin membantumu, tetapi ketika para calon asisten menandatangani surat kontraknya, itu tandanya mereka harus siap mental untuk menerima segala konsekuensinya. Lagian, kamu ke
Read more
Bab 4. Tugas Pertama Binar
Untuk kedua kalinya panggilan tersebut diputuskan secara sepihak. Belum lagi bekerja, kesabarannya sudah sangat diuji saat ini.“Udah? Gitu aja? Dasar kanebo kering! Dia pikir aku pembantunya? Argh!” Binar terus berbicara sendiri sampai ia kesal dengan dirinya sendiri.Binar pun melajukan motornya dan mengitari jalanan kota. Seperti biasa jalanan sangat macat dan ramai, apalagi jaraknya tidak dekat. Sudah bisa dibayangkan betapa lamanya di perjalanan saat naik motor dari bandung ke ibukota Jakarta.Beberapa jam kemudian Binar sampai di PT. Angkasa Group. Ini kali kedua dirinya berada di sana. Namun sekarang berbeda dengan yang kemarin, perasaan cemas dan khawatir pun melanda saat ini.Binar berlari hingga dirinya sampai di depan lift, namun ia enggan naik begitu pintu tersebut terbuka. “Kok nggak ada karyawan yang mau naik juga?” gumamnya.Akhirnya Binar pergi ke meja resepsionis lagi, “Mbak, maaf. Bisa bantu aku lagi, nggak?”“Naik lift?” tanyanya.“Iya! Bisa, ‘kan? Tolong dong, plea
Read more
Bab 5. Meeting dengan Penjilat
Binar menggidik ngeri, terkadang ia merasa kantor ini adalah neraka, namun akal sehatnya mengatakan tidak ada neraka semewah ini. Lelaki itu menarik tangan Binar dan menutup pintu ruangannya kembali.“Kamu tunggu di sini!” titahnya.“Tapi, Pak —”“Saya tidak terima penolakan!” potongnya langsung.Dalam rumus Binar, wanita tidak pernah salah, namun kali ini ia malah terjebak dengan rumusnya sendiri. Binar berdiri sambil menghadap ke pintu, padahal Presdir Tama sudah pergi ke ruangan rahasianya untuk berganti pakaian.“Pak Presdir, apa saya juga akan ikut pergi?” tanya Binar dengan menutup matanya.Padahal dirinya sudah berbalik badan, namun rasanya itu masih kurang untuk menutup matanya. “Kacang … kacang … kacang … kacang berapa sekilo?” gumamnya sendiri.“Astaga, benar-benar dikacangin. Ya sudahlah!” gerutunya.Sekitar sepuluh menit kemudian, Presdir Tama sudah selesai berpakaian. Kini ia sudah sangat tampan dan gagah. Jiwa maskulinnya pun terpampang nyata.Lelaki itu berdehem dengan
Read more
Bab 6. Apartemen Baru
"Pak Presdir mah kocak!" seru Binar sambil cekikikan. Cukup aneh memang bagi Presdir Tama karena dirinya tidak merasa sedang membuat lelucon saat ini. "Saya serius!" tegas lelaki itu dengan wajah dinginnya.Binar menelan saliva dengan susah payah, wajah atasannya tersebut sangatlah datar. Tida datar aja seram, apalagi tanpa ekspresi seperti itu, pikirnya."Saya tidak mengenal beliau, Pak Presdir. Kalau Pak Presdir tidak mengenalkan saya padanya, mungkin kami tidak kenal. Kalau Pak Presdir tidak mengajak saya pergi, mungkin kami tidak akan bertemu. Kalau Pak Presdir —""Kamu pikir ini lucu?" potong lelaki itu dengan cepat. "Katakan secara singkat!" lanjutnya."Maaf, Pak." Binar menundukkan kepalanya sambil mengutuk dirinya sendiri yang sudah lancang. 'Binar … Binar … sudah tahu atasan kamu itu kayak beruang kutub masuk freezer, bisa-bisanya kamu ngajak bercanda!' batin Binar mengumpat dirinya sendiri. Presdir Tama tidak menimpali lagi, akan tetapi dirinya menatap sang asisten dengan
Read more
Bab 7. Jontik
"Hidup itu serba salah, ya? Lagi kerja, pengennya jadi pengangguran. Nanti giliran nganggur, pengennya kerja di gedongan!" Binar menggerutu sendiri karena ia dirinya hanya tidur satu jam saja setelah membereskan semua barangnya ke dalam apartemen yang kini menjadi miliknya. Meskipun hanya untuk satu tahun, namun tak dapat dipungkiri jika Binar sudah jatuh hati dengan tempat ini. Perpisahannya dengan orangtua memang serba dadakan. Namun tanpa sepengetahuan Binar, sebelum wanita itu sampai di rumah, Presdir Tama sudah menyuruh seseorang untuk mengatakan tujuannya pada orangtua Binar agar mereka tidak terkejut nantinya saat sang putri pulang untuk membawa barang-barangnya. "Ponselku di mana?" Binar mencari ponselnya yang ia taruh di sembarang arah. Setelah beberapa menit, akhirnya ia menemukan ponsel tersebut di bawah kolong kursi santainya. Binar pun mengambil ponselnya dan menekan nomor sang atasan tercinta. [Halo, selamat pagi, Pak Presdir!] Binar berniat untuk membangunkan sang a
Read more
Bab 8. Gaji menjadi Taruhan
"Ibu, Binar ngantuk sekali. Tolonglah, biarkan Binar tidur, satu jam saja!" Wanita itu terus mengigau, mengira yang memanggilnya adalah sang ibu tercinta. Tidak tahu saja dirinya jika atasan yang dingin itu sedang melipat tangannya sambil menatap dirinya. Dengan sengaja Presdir Tama menghempaskan buku tepat dihadapan Binar. Wanita itu pun terperanjat kaget, "Eh, ayam, copot, ayam …" Binar pun menjadi latah. Karena kesal melihat seseorang yang mengganggu tidurnya, ia menggebrak meja kerjanya. "Maunya apa, s— eh, Pak Presdir. Selamat pagi, Pak. Pak Presdir butuh sesuatu?" Amarahnya pun terhenti saat melihat yang mengganggunya adalah atasannya sendiri. "Enak, tidurnya?""Siap, tidak, Pak.""Lalu?""Siap, salah, Pak." Binar malah seperti sedang latihan militer saat ini saking gugupnya. "Apa jadwal kita pagi ini?""Jadwal?" beo Binar, dirinya masih belum sepenuhnya sadar saat ini. Sebagian dari dirinya masih menginginkan untuk tidur, sebagian lagi sudah menyadari waktunya bekerja.Pres
Read more
Bab 9. Berjumpa Tuan Besar
Tiga bulan sudah berlalu, Binar pun sudah terbiasa dengan rutinitasnya. Selama tiga bulan ini dia tidak melakukan kesalahan sama sekali bahkan sang atasan sudah hidup bergantungan dengannya.Sekitar pukul empat subuh, Binar sudah rapi dengan pakaiannya. Di depan cermin, ia sedang merias dirinya. "Ternyata aku cantiknya kebangetan, ya? Pantas saja namaku Queen!"Begitulah Binar, sering sekali ia memuji dirinya sendiri. Itu dilakukannya semata-mata hanya untuk menyenangkan dirinya. Setelah berdandan dengan cantik, Binar menoleh ke arah jam di dinding. Tak disangka ternyata sudah memasuki pukul lima pagi. Cukup lama ia berdandan dan memuji dirinya itu. Binar mengambil ponselnya untuk menghubungi Presdir Tama. Binar memencet nomor atasannya tersebut di layar ponselnya. Tak lama kemudian panggilan pun terhubung pada yang bersangkutan. [Selamat pagi, Pak Presdir. Awali pagi dengan senyuman.][Hm, jangan lupa sarapan!] seru Pak Presdir dari balik layar dengan suara beratnya. Setelah itu ia
Read more
Bab 10. Permintaan Tuan Angkasa
Binar tercengang saat mendengarkan ucapan dari ibunya Tama. Nyonya Diana sengaja mengatakan itu karena sang putra tidak pernah mengenalkan satu wanita pun padanya, kecuali para sekretaris yang menemaninya. Ia hanya ingin melihat reaksi dari sang putra. Namun ternyata reaksinya tetap sama, hanya datar tanpa berekspresi saat menanggapinya. "Berhentilah melakukan hal konyol, Mom." Presdir Tama mengatakan itu sambil duduk. "Jadi yang ini bukan juga? Astaga, padahal Mommy sudah berharap banyak," sahut Nyonya Diana dengan lesu. Tuan besar Angkasa menahan tawanya, istri dan putranya memang sering sekali bertengkar jika sudah menyangkut tentang wanita. Wajar saja, karena sampai detik ini belum ada tanda-tanda mereka akan mendapatkan menantu. Keduanya sudah tua, mereka ingin menyaksikan pernikahan putra mereka satu-satunya. "Sebaiknya kita makan dulu," titah Tuan Angkasa.Para pelayan pun datang menghidangkan beberapa macam makanan. Binar terkejut karena banyak sekali makanan di meja terse
Read more
DMCA.com Protection Status