All Chapters of Wanita Simpanan Mafia Kejam: Chapter 91 - Chapter 100
118 Chapters
BAB 91
Alice menunduk dalam-dalam, tatapannya terhanyut pada gelombang ketakutan yang menghantam dengan telak. Sementara itu, Zach tampak tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari mulutnya.“Sebenarnya ... anakmu dan Evelyn telah meninggal dunia saat proses persalinan akibat terlalu banyak menelan cairan ketuban,” ungkap Alice dengan suara gemetar. “Tapi karena aku tidak mau melihatmu marah, aku menyuruh Parker mencari bayi perempuan yang baru lahir, atau setidaknya baru beberapa hari lahir, dan akhirnya bertemulah dengan Kimberly.”Wajah Zach terbakar oleh kemarahan yang meluap-luap. “Jadi, kau menyembunyikan kebenaran tentang anakku yang telah tiada, lalu memanipulasi seolah-olah Lily adalah anak kandungku dan Evelyn?!”Alice hanya bisa mengangguk. Titik ketakutannya sudah berada di level yang paling tinggi, sehingga tak bisa bertambah lebih takut lagi. Sejak tadi dia sudah sangat ketakutan.“BIADAB!” Zach memukul tembok tepat di samping kepala Alice, membuat wanita itu memejamkan mata k
Read more
BAB 92
Dengan langkah gontai, Evelyn berjalan memasuki ruangan, diiringi debaran keras yang memenuhi rongga dada. “Apa ... yang sedang kalian bicarakan?” Pertanyaan itu terlontar dengan suara gemetar.Tidak ada satu pun yang berani menjawab pertanyaan Evelyn. Begitu pun dengan Zach. Pria itu terlalu takut melihat Evelyn terluka, sehingga lebih memilih bungkam.Evelyn berhenti melangkah tepat di hadapan tiga manusia yang masih diam membisu itu.Kali ini bola mata Evelyn bergulir memandang suaminya. “Kenapa kau bertanya di mana Alice mengubur anak kita?” desaknya, menuntut penjelasan. “Lily ... baik-baik saja. Anak kita masih hidup. Kenapa kau bertanya begitu?”Tidak satu pun huruf terlontar dari bibir Zach. Tatapannya berpusat pada satu titik, di antara sudut-sudut mata Evelyn yang berembun. Iris mata itu memendarkan kesedihan yang amat dalam. Tak dapat dideskripsikan hanya dengan kata-kata.Meskipun Evelyn terus bertanya-tanya apa maksud dari pembicaraan orang-orang itu, tetapi air bening ya
Read more
BAB 93
Di dalam kamar, Aldrick berdiri memunggungi Alice dengan ekspresi marah yang membara. Di sisi lain, Alice hanya bisa duduk di tepi kasur sambil menunduk lemas. Entah menyesali perbuatannya, atau cemas dengan segala konsekuensi yang akan dia terima.“Aku masih tidak habis pikir,” ucap laki-laki dengan postur tinggi tegap itu, tanpa sedikit pun menoleh ke arah istrinya. “Bagaimana bisa kau melakukan hal selicik itu?”Alice mendongak. Air mata semakin deras mengalir di pipinya. “Aku sangat menyesal, Sayang. Saat itu pikiranku terlalu buntu.”“Tapi itu tetap saja tidak bisa dijadikan alasan!” Kali ini Aldrick menoleh. Matanya memerah menahan marah.Suatu ekspresi mengejutkan yang tidak pernah Alice lihat pada sosok Aldrick yang biasanya selalu bisa mengendalikan emosi.“Aku tahu, aku salah.” Alice kembali bicara. “Tidak bisakah aku diberi kesempatan untuk menebus kesalahan ini?”Aldrick berjalan mendekat. Berdiri di hadapan Alice seraya menyipitkan mata. Sedikit mencondongkan badan ke dep
Read more
BAB 94
Hari ini, sesuai janji yang telah disepakati, Evelyn dan Zach akan mengunjungi rumah Becca untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak lupa mereka juga membawa Kimberly, berniat menyerahkannya kepada wanita yang jelas lebih berhak atas bayi itu.Di sepanjang jalan, sambil menggendong Kimberly di pelukannya, Evelyn tidak bisa mengontrol tetesan air mata yang jatuh di pipinya—meskipun dia sudah mati-matian berusaha menyembunyikan tangisan itu.Berkali-kali dia mengecup kening dan pipi Kimberly—mungkin untuk terakhir kalinya. Karena, setelah ini, dia tidak yakin apakah ibu kandung Kimberly akan mengizinkan mereka untuk bertemu lagi nantinya.“Tidak apa jika hari ini kau bersedih. Menangislah, Sayang,” ucap Zach seraya mengusap lembut bahu Evelyn. “Bukankah untuk mendapatkan tunas baru yang lebih kuat ... ranting rela membiarkan dirinya kering dan berderak patah?”Sudah cukup lama Zach menangkap raut kesedihan di balik wajah sendu istrinya. Dia tahu, Evelyn sudah bersikeras menahan aga
Read more
BAB 95
Evelyn, Zach dan anak buahnya langsung meluncur ke mansion. Di sepanjang jalan, suasana hati mereka diselimuti oleh rasa panik dan khawatir.Mereka bergerak turun dari mobil, lalu berjalan menuju pintu masuk mansion dengan langkah cepat.“Di mana Ayah?” Zach membuka percakapan, memandang Oliver yang sedang berdiri di hadapannya.Oliver memasang raut wajah sedih, tetapi berusaha untuk bersikap tegar. “Ikut aku!” perintahnya seraya berjalan ke satu arah.Zach dan Evelyn saling memandang beberapa detik, tetapi tidak berlangsung lama. Mereka membuntuti ke mana Oliver berjalan.“Masuklah,” ucap Oliver saat mereka berada di depan pintu sebuah ruangan.Zach mengerutkan dahi begitu menyadari tempat apa yang ada di hadapannya. “Apa maksudmu mengajak kami kemari? Jangan main-main. Di mana Ayah?” ucapnya kesal.Bukannya menunjukkan di mana Jeremy, Oliver justru mengajak Zach dan Evelyn ke ruang teater di mansion.Oliver tidak banyak mengeluarkan suara. Perlahan membuka pintu, lalu melangkah masu
Read more
BAB 96
Alunan musik telah berhenti. Orang-orang masih berkumpul di panggung teater yang telah dihias sedemikian rupa. Kejutan itu membawa suasana hati Evelyn dan Zach ke dalam perasaan yang jauh lebih baik.Meski kesedihan belum hilang sepenuhnya, tetapi luka berangsur-angsur mengering dan pulih. Sepasang suami-istri tersebut sangat bersyukur, karena masih banyak orang yang peduli dengan duka yang mereka alami.“Ide siapa ini? Aku tidak menyangka akan mendapat kejutan luar biasa seperti ini,” ujar Evelyn sambil tersenyum lebar. Dia bertanya kepada Oliver ketika pelayan dan beberapa orang mulai meninggalkan panggung.“Ini dia orangnya!” Oliver menepuk-nepuk bahu Aldrick. “Kalau soal ide, kakak laki-laki yang satu ini paling bisa diandalkan,” ujarnya sembari mengedipkan sebelah mata ketika melirik Zach.Zach menautkan alis. “Kenapa lihat-lihat? Apa kau pikir aku tidak bisa diandalkan soal ide?!” ujarnya, merasa sedikit tersinggung. “Ide yang ada di kepalaku jauh lebih brilian dari siapa pun. L
Read more
BAB 97
Dengan jantung berdebar kencang, Bryan merasa bingung melihat Zach, pamannya yang seharusnya menjadi sosok yang bisa dia contoh, justru menjadi penyebab lebam pada wajah sang ayah.“Kenapa Paman jahat sekali ...?” rengek bocah laki-laki berusia enam tahun tersebut.Zach tertegun, seolah baru menyadari perbuatannya. Dia kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Bryan. Bola matanya memandang penuh arti ke arah Aldrick yang hanya diam sambil memeluk Bryan. Membuatnya merasa bersalah.Titik kesadarannya dihantam telak oleh kenyataan ketika mendapati Evelyn berbalik badan meninggalkan ruang teater.Perasaan Zach semakin tidak tenang melihat Evelyn menundukkan kepala dan mengusap wajahnya dengan punggung tangan. Apakah ... Evelyn menangis?***Dengan perasaan campur aduk, Zach membuka pintu kamar perlahan-lahan, mencoba menaklukkan ketegangan yang melingkupi hatinya.Saat melangkah masuk, pria itu justru mendapati pemandangan menyedihkan yang menyayat ulu hati.Evelyn, istrinya, terbar
Read more
BAB 98
Evelyn bergegas membukakan pintu, lalu tertegun mendapati sosok perempuan yang berdiri di depan kamarnya.Itu adalah Alice.“Bisa kita bicara? Tapi ... hanya berdua saja.”Evelyn tidak buru-buru menjawab. Menoleh sejenak ke arah laki-laki yang masih duduk di tepi kasur sambil memandangnya.“Siapa, Sayang?” tanya Zach. Pintu hanya dibuka sedikit oleh Evelyn, sehingga Zach tidak melihat siapa yang ada di luar sana.“Alice,” jawab Evelyn tanpa berusaha menutupi fakta.Mendengar nama itu, membuat Zach mendengkus malas. Untuk apa lagi Alice datang kemari?“Mau bicara di mana?” tanya Evelyn saat kembali menatap Alice.“Sepertinya lebih enak kalau bicara di tempat terbuka, supaya ada udara segar yang bisa kita hirup dan ... suasananya tidak terlalu menimbulkan sesak,” ucap Alice.Evelyn melihat adanya titik pilu yang berpendar di balik tatapan Alice. Namun, sebagai orang yang sudah terlalu sering menelan pahitnya kecewa karena terlalu mempercayai orang lain, Evelyn tentu tak akan terjerumus l
Read more
BAB 99
Zach sangat hafal dengan suara perempuan yang menjadi lawan bicaranya di telepon. Itu membuatnya mendesah malas, karena tidak seharusnya orang itu merindukan dirinya.“Tidak ada lagi yang perlu dibahas, Stella. Urusan kita sudah selesai. Jangan pernah menghubungiku lagi, mengerti?”“Tapi, Zach—”Tut, tut, tut!Tanpa menunggu Stella menyelesaikan ucapannya, Zach sudah lebih dulu menekan ikon gagang telepon berwarna merah, yang membuat sambungan telepon terputus secara sepihak.“Untuk apa dia menghubungiku lagi? Pasti dia menyesal sudah berselingkuh dengan Babi Gigolo itu, dan sekarang pasti ingin kembali padaku. Murahan sekali!” Zach berdecih meremehkan.Kembali mendongak, pria itu mendapati Alice dan Evelyn yang sudah berpelukan satu sama lain. “Apa-apaan itu? Kenapa mereka tiba-tiba berpelukan?”Zach berkomentar dengan mata melotot. “Aissshhh .... Istriku memang terlalu baik hati. Kalau sikap lembutnya itu tidak diubah, bisa-bisa dia dimanfaatkan oleh orang lain,” gumamnya, merasa fr
Read more
BAB 100
Mobil terparkir di pelataran hijau mansion yang luas, di antara deretan-deretan mobil mewah lainnya. Zach berjalan menuju pintu utama dengan langkah mantap, senyumnya terpancar saat melihat Evelyn melambaikan tangan di sudut balkon.Hingga pada saat dirinya sampai di depan kamar, Zach mendapati pintu sudah lebih dulu dibuka oleh seseorang di dalam sana.Evelyn, dikawal senyuman manisnya yang khas, berlari ke arah pria itu dengan lengan terbuka, menyambut kehadiran Zach dengan pelukan hangat penuh cinta.“Selamat datang kembali, Sayang!” sapa Evelyn, suaranya lembut seperti melodi yang mengalun di udara.Zach tersenyum dan menunjukkan sebuket bunga lily putih dari balik punggungnya. “Ini untukmu, my lovelyn. Sebagai tanda cintaku yang tidak berbatas,” ucapnya, dengan satu tangan melingkar memeluk wanita itu.Evelyn memandang bunga itu dengan tatapan penuh kagum, sebelum menatap Zach dengan mata berbinar. “Terima kasih, Sayang. Mereka sangat cantik.”“Tapi tidak secantik dirimu,” bisik
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status