Semua Bab Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira : Bab 11 - Bab 20
73 Bab
11
Satu jam kemudian lelaki itu tiba di rumah orang tuanya. Tampilannya yang rapi dan aroma tubuhnya yang wangi sudah tercium bahkan sebelum lelaki itu masuk ke pintu utama.Ketika tiba-tiba ia masuk dan mendekat ayah mertua langsung menyambutnya dengan amarah yang menggelegar."Apa yang kau lakukan! Sudah kubilang untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan keluargamu.""Apa yang papa bicarakan? Aku tak mngerti?""Sudah kubilang aku tidak setuju kau dekat-dekat dengan ailin, tapi sampai saat ini kamu masih saja berhubungan dengannya tanpa memperdulikan martabat dan perasaan istrimu."Mas Revan terhenyak dimarahi oleh ayahnya. Dia nampak malu pada ibunya tapi sekaligus kesal padaku karena aku sudah mengadu. Wajah lelaki itu merah padam menahan emosi tapi dia tetap berusaha diam di depan kedua orang tua yang dia hormati."Apa kurang baik kami mendidikmu, kurang baguskah kami menyekolahkanmu dan kurang puaskah kamu dengan harta yang sudah kau miliki?! Istrimu juga tidak kalah cantik deng
Baca selengkapnya
12
Karena tempo hari dia sudah menandatangani persetujuan untuk membagi dua saham miliknya di perusahaan maka otomatis aku jadi punya hak untuk datang ke tempat itu dan melakukan apapun yang kuinginkan.Kemarin aku adalah istri direktur pelaksana tapi hari ini, ketika aku jadi pemegang saham maka itu seperti menegaskan kau aku juga punya hak di tempat itu. Ya ketika kamu membeli saham itu artinya kau mau membeli kepemilikan di Perusahaan itu.*Aku bersemangat dengan hariku yang terasa lebih cerah, matahari bersinar lebih hangat dan memancarkan energi positif yang membuat diri ini semakin antusias untuk segera pergi ke kantor. Ya, Herdian Steel Holding adalah perusahan keluarga besar mertua, ayah mertua adalah komisaris utama, sementara anaknya, yang merupakan suamiku adalah Direktur pelaksana. Banyak cucu-cucu dari keluarga Herdian yang turut ambil-ambil andil dalam mengelola perusahaan tapi itu tidak lebih penting dari peran Mas Revan.Usai mengemasi bekal anak-anak dan mengantarkan
Baca selengkapnya
13
"Oh jadi selain kau bertugas sebagai pengawas di lapangan kau juga jadi asisten pribadi?""Tidak Bu, saya adalah asisten pribadi Pak Revan,".ucap seorang gadis yang berpakaian kemeja pink dengan sopan."Lalu kenapa ibu pengawas ini selalu ikut dengan Pak Revan.""Kenapa direktur menginginkannya dan ibu Ailin cukup kompeten dengan tugasnya.""Baiklah aku paham sekarang ... Dan demi meringankan tugas-tugas Ibu Ailin, mulai sekarang, aku sendiri yang akan mendampingi suamiku kemanapun ia pergi.""Apa?""Kenapa kau terkejut dan terbelalak seperti itu. Jangan lupa, aku punya posisi, aku adalah pemegang saham di mana aku juga berhak mengambil keputusan, dan sebagai anak menantu dari komisaris perusahaan tentu saja aku bisa meminta posisi yang kuinginkan.""Semua posisi ditempati oleh orang-orang yang tepat dan kompeten, Apa tugas anda sebagai ibu rumah tangga tidak cukup di rumah saja tanyanya sembari mengejek diriku dan tertawa sinis."Sebagai orang yang terdidik... Anda tentu dituntut
Baca selengkapnya
14
Mendengar jawaban bahwa aku sangat bosan lelaki itu hanya memutar bola matanya sambil mengacak rambutnya dengan geram. Sekuat apapun dia berdebat denganku lelaki itu tidak akan pernah memenangkannya. Satu-satunya yang akan membuat dia lega adalah kemarahan lalu pergi begitu saja."Apa kau datang ke kantor ini untuk membuat Ailin jadi tidak nyaman lalu perlahan-lahan mengundurkan diri!""Wow, anggapan dan pemikiranmu jauh sekali bahkan aku tidak terbesit sedikitpun untuk hal itu. Yang ada dalam benakku adalah bekerja lalu menghasilkan uang untuk diri sendiri agar aku tidak selalu jadi benalu dalam hidupmu. Apa kau paham."Lelaki itu memicingkan mata yang artinya dia tidak percaya dengan ucapanku. "Karena kau memberiku ide, maka aku setuju dengan pendapatmu. Aku akan lebih sering mengawasi kalian dan melihat kinerjanya jangan sampai kau memberikan jabatan pada orang yang tidak kompeten hanya karena kau menyukainya.""Tahu apa kau tentang bisnis?"Aku langsung tertawa sambil melipat ta
Baca selengkapnya
15
"Hubungan apa!" Dia mendengkus lalu melewatiku. Dia memberiku isyarat agar aku mengikutinya untuk pergi ke divisi manajemen di mana aku akan bekerja sebagai auditor atau pengelola keuangan.Bekerja Di departemen itu tidak terlalu buruk untukku Karena dengan demikian aku bisa memeriksa regulasi keuangan serta mengetahui uang yang keluar dan masuk dari rekening para karyawan. Juga tahu dengan detail transaksi apa saja yang akan ditujukan untuk dikelola si jalang itu. Aku yakin suamiku banyak menggunakan uang perusahaan untuk perjalanan bisnis dan detail-detail tersembunyi padahal dia memperuntukkan semuanya untuk memanjakan pacarnya. Aku akan dapatkan semua jawaban itu jika aku melakukan audit keuangan, aku pasti akan menemukan sesuatu.*"Selamat pagi semuanya!" Suamiku menyapa puluhan orang staff yang berada dalam satu ruangan yang kebetulan itu adalah divisi manajemen perusahaan. "Pagi Pak!""Ini istriku, Nyonya Amaira Haryadi. Mulai hari ini dia akan bekerja di ruangan ini. Aku m
Baca selengkapnya
16
Satu jam?Itu tidak akan cukup untuk menghitung plat baja yang diturunkan dari dua kontainer besar ditambah dia juga harus melaporkan kegiatannya secara online. Dia juga harus memastikan anak-anak bagian konsumsi untuk menghitung jumlah logistik, apakah sudah sesuai dengan anggaran belanja atau malah lebih. Kurasa, di manapun proyeknya, anggaran dan belanja tidak pernah sesuai, pasti ada lebihnya yang bisa mereka gunakan untuk kebutuhan tidak terduga."Ini laporan dari Nona Ailen Bu," ucap sari yang kemudian datang dan menyerahkan dua lembar kertas yang baru saja dia. Lembar laporan pelaksanaan proyek."Ini adalah jumlah barang yang dikirim, Ibu bisa mencocokkannya dengan arsip yang ada di file komputer, juga kertas arsip bulan ini.""Terima kasih."Tanpa membuang waktu aku langsung memeriksa laporan Ailin yang ia tulis di kolom-kolom yang tersedia.Kolom pertama di jam 07.00 pagi, dia tulis kegiatannya adalah mengisi absen kemudian melakukan apel pagi. Lalu dilanjutkan dengan bree
Baca selengkapnya
17
Meski aku sudah pulang sebelum ashar, menjemput anak-anak ke tempat les mengaji, kemudian masak makan malam dengan mereka, Mas Revan belum juga kunjung pulang.Biasanya, jika di hari biasa dia hanya berkeliaran di kantor, lelaki itu akan pulang jam 04.00 sore. Tapi sampai pukul 07.00 malam dia belum datang juga.Kuambil ponsel lalu kuhubungi kontaknya. Aku ingin tahu apakah dia masih di lokasi proyek atau malah sudah pulang ke rumah pacarnya. Lelaki itu terlalu meremehkanku dan tidak pernah takut dengan semua ultimatum yang kuberikan. Sepertinya aku harus main kasar dan benar-benar memberi dia syok terapi yang akan membuatnya ingat seumur hidup."Kau di mana?""Di lokasi, mencoba menemukan barang yang kau cari!"Seperti biasa ucapannya selalu kasar, tidak pernah ada lembut lembutnya atau minimal intonasi suara biasa saja. "Jadi kalian membongkar dan menghitung ulang!""Iya, dan aku masih bingung karena tidak menemukannya.""Kalau begitu pergilah ke pabrik dan coba kroscek lagi, ap
Baca selengkapnya
18
Aku terbangun di pagi hari, mengerjap karena mendengar kicau burung di luar sana. Biar mentari mulai terlihat dan aku ingin segera bangkit dari posisiku.Tapi sebelum benar-benar bangun aku menyadari ada sebuah tangan melingkari tubuhku, dia memelukku, tanpa sadar ia memelukku. Tubuhnya menempel padaku dan nafasnya di belakang tengkukku terasa begitu hangat. Andai dia hanya mencintaiku dan jujur tentang perasaannya, mungkin pagi ini adalah pagi terindah dalam hidupku, tapi faktanya, hubungan ini seperti keterpaksaan. Dia menjamahku saat ia birahi dan tidak punya pilihan lain selain melampiaskan denganku. Aku seperti cadangan, seperti selir yang hanya dibutuhkan untuk melayani. Aku seperti pembantu yang melakukan semua tugas untuknya, tapi dia tidak pernah berterima kasih padaku. Semua jasaku seolah-olah akan terbayar dengan uang yang ia berikan, tanpa sedikitpun apresiasi dan kasih sayang. Miris sekali hidupku."Mas, ini sudah pagi." Perlahan aku mengguncang tangannya hingga ia s
Baca selengkapnya
19
Aku melanjutkan tugasku untuk memeriksa semua laporan, aku juga menerima laporan kemarin yang sudah direvisi si gundik murahan. Dia mengubah cara dan gaya bahasanya dengan bahasa yang lebih formal serta santun.Bagus, dia harus terbiasa dengan itu.Klik!Aku menekan tombol telpon kantor, dan meminta Sari untuk memanggilkan Ailin."Panggil Ailin.""Iya, Bu. Saya akan memeriksanya, apakah hari ini beliau datang ke kantor.""Suruh dia menghadap diriku karena ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan.""Siap bu."Aku menemukan kejanggalan pada gaji yang ia terima di bulan Juni, dia mendapatkan gaji 3 kali lipat dari gaji pokok utamanya. Aneh sekali padahal saat itu ia tidak sedang mengelola proyek apapun.Sebelum Ailin yang ada di lokasi proyek tiba di kantor dan menemuiku aku telah terlebih dahulu menemui Mas Revan di ruangannya.Kuletakkan bukti transaksi di depannya, dia yang sedang mengerjakan tugas di layar langsung melirikku."Ada apa ?""Kenapa kau membayar wanita ini tiga kali lipa
Baca selengkapnya
20
Pukul tiga sore, aku kembali ke rumah. Dengan diantar oleh sopir aku sampai di rumah dengan selamat.Kubuka kunci pintu lalu masuk dan melepas sepatuku. Anak-anak yang kebetulan sedang menonton di lantai dua, turun dan menyambut kedatanganku dengan riang gembira. "Bunda, bunda sudah pulang."Aku tahu mereka selalu mengharapkan sesuatu jika aku datang dari luar, kuserahkan kepada mereka sekotak donat yang ku beli di jalan tadi. Anak anakku berterima kasih dan membacanya ke atas.Kuganti pakaian lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, meski ada asisten aku selalu menugaskan diriku untuk menyiapkan makanan bagi anggota keluarga agar mereka selalu ingat ciri khas makanan ibunya. Kuambil bahan makanan dari kulkas memotongnya lalu mulai mengolahnya menjadi makanan yang enak.*Pukul lima sore suamiku pulang, akhir-akhir ini, setelah aku mulai bekerja di kantornya dia jadi pulang lebih lambat karena begitu banyak tugas yang harus dia selesaikan, berikut juga harus memeriksa lapor
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status