Все главы My Assistant, My Husband: Глава 41 - Глава 50
103
Makin Sulit
“Tumben sekali kau menelepon duluan.” Mathilda berucap senang, ketika mengangkat telepon dari sang pujaan hati. “Sayangnya, Damar tidak menelepon sendiri.” Audrey tidak tahu apa yang perempuan itu katakan, tapi dia tentu akan membalasnya. Sebagai istri, Audrey tidak ingin perempuan yang tergila-gila dengan suaminya merasa terlalu senang hanya karena sebuah telepon. Sebenarnya terasa aneh untuk ukuran hubungan kontrak, tapi sekarang bukan itu masalahnya. “Mau apa lagi kau?” tanya Mathilda merasa kesal. “Sebenarnya, aku yang ada perlu denganmu.” Kini, Damar yang kembali mengambil alih ponselnya. “Ada hal yang mau aku tanyakan, tapi maaf kalau ini agak menyinggung.” “Apa? Kau mau menuduhku yang bukan-bukan?” tanya Mathilda asal saja. “Wah, tebakan yang sangat benar.” Audrey langsung menyambar, karena dia juga mendengarkan pertanyaan barusan. Panggilannya memang berada dalam mode pengeras suara. “Jadi s
Читайте больше
Lelaki Muda
“Kami datang untuk pemeriksaan,” gumam Audrey berusaha keras untuk tidak marah. “Sebagai pihak yang tidak bersalah, tentu kami akan datang ketika dipanggil. Kami akan membuktikan kami tidak salah.” Setelah mengatakan itu semua, Audrey berbalik dan berjalan masuk ke dalam kantor polisi. Damar mengikuti di belakang atasannya itu, melindunginya dari kejaran para wartawan yang entah bagaimana, selalu mendapat informasi terkini lokasi target mereka. “Bu Audrey Alexander Allen?” Seorang polisi memanggil. “Sebelah sini.” Audrey, Damar dan seorang pria lagi, berjalan mengikuti polisi barusan. Mereka pergi ke ruangan khusus untuk melakukan pemeriksaan terkait dengan pelaporan barang mereka. “Bu Audrey sudah tahu kan mengenai tuntutannya?” tanya Pak Polisi dengan serius. “Penipuan kan?” tanya Audrey dengan santai. “Pelapor ini merasa tertipu, karena sudah membeli produk yang katanya punya bahan yang berbahaya.” “Silakan
Читайте больше
Mafia
Audrey menatap beberapa layar di depannya. Mulai dari layar ponsel yang kecil, sampai monitor komputer yang paling besar. Semuanya menampilkan sesuatu yang serupa, tapi tidak sama dan itu benar-benar membuat bingung. “Ini terlalu absurd,” geram Audrey merasa sangat kesal. “Bagaimana mungkin kita mau mencari dari sekian banyak orang?” Perempuan yang empunya ruangan itu, melempar ponselnya dengan asal. Membuat benda pipih itu, menyentuh dan menggeser tablet yang terletak tak jauh. Tidak sampai jatuh, tapi tetap saja agak membahayakan. “Tentu saja ini tidak mungkin. Aku kan sudah bilang,” gumam Damar dengan senyum tipis. “Padahal, aku pikir tidak banyak orang yang punya asisten lelaki muda yang lumayan tampan dan lumayan tinggi.” Audrey terus menggerutu dan ini sebenarnya membuat bingung. Jarang sekali dia menggerutu sepanjang ini, hanya karena pekerjaan tidak berjalan lancar. Tapi coba lihatlah sekarang? Dia menggerutu untu
Читайте больше
Dewasa dan Menantang
“Hai.” Felix melambai, ketika dia bertemu dengan Audrey di lobi kantor perempuan itu, pada pagi hari yang cerah. “Hai?” gumam Audrey dalam nada tanya. “Apa maksudnya itu?” Felix meringis mendengar pertanyaan yang agak aneh itu, tapi dia masih bisa mengerti. Biar bagaimana, dia juga sudah berbuat sedikit kesalahan. “Aku datang untuk minta maaf,” gumam Felix dengan ekspresi ragu-ragu. “Minta maaf?” Lagi-lagi, Audrey membalas dengan nada tanya. Kali ini, disertai dengan nada suara yang ikut naik. “Bagaimana kalau kita pergi duduk dulu di ruangan Bu Audrey saja?” tanya Damar dengan senyum lebar. “Tidak baik bicara sambil berdiri.” “Tidak mau.” Sayangnya, Audrey menolak dengan cepat. “Ruanganku hanya untuk partner.” Felix kembali meringis mendengar itu. Dia jadi makin tidak percaya diri dan rasanya ingin segera pulang saja, tapi Damar dengan baik hati memberikan solusi yang lebih baik bagi semua orang.
Читайте больше
Kecurigaan
Damar memegang dadanya. Ini sudah lewat berjam-jam sejak Audrey memujinya hanya karena rambut, tapi detak jantungnya tidak kunjung menjadi normal. Apalagi, ketika dia menoleh dan menatap perempuan yang tertidur di sampingnya itu. “Ini aku kenapa ya?” gumam Damar selirih mungkin. “Aku sakit atau apa sih?” “Kau mengatakan apa?” Tiba-tiba saja, Audrey terbangun dan bertanya. “Astaga!” Melihat perempuan di sebelahnya itu mengusap mata, Damar terlonjak kaget. Lelaki itu bahkan bergerak mundur, sampai hampir terjatuh dari ranjang. “Ada apa denganmu?” Audrey tentu saja akan menjadi bingung melihat suaminya. “Aku hanya terkejut. Aku pikir kau sudah tertidur.” “Aku memang sudah tidur, tapi terbangun karena mau buang air.” Audrey menyingkap selimut, menampakkan dirinya yang hanya menggunakan gaun tidur tipis. Kali ini, mereka tidak melakukan apa-apa. Baik Damar maupun Audrey, tampaknya sudah agak lelah untuk saling menikmati. Kebetulan saja pekerjaan hari ini agak banyak, sampai me
Читайте больше
Panik
“Apa kau sudah mendengar gosip yang beredar?” Damar tidak tahan untuk tidak memberitahu atasan, sekaligus istri kontraknya. “Aku tidak pernah tertarik pada yang namanya gosip.” Balas Audrey, sembari menandatangani berkas yang baru saja diberikan sang asisten. “Kali ini kau harus mendengar, karena ini serius. Semua orang mulai menggosipkan kita berdua.” Sekarang, Audrey menghentikan gerakannya. Dia menatap lelaki dengan wajah gusar yang berdiri di depannya. Tentu saja Audrey akan merasa perlu untuk mendengar gosip yang membawa namanya dan sang asisten. “Mereka curiga, karena aku asisten yang bekerja paling lama denganmu.” Damar memulai penjelasan tanpa diminta. “Sejak aku masuk pun, katanya lembur asisten mulai agak berkurang.” “Lalu?” “Lalu mereka berpikir, aku ini ada hubungan denganmu. Entah itu aku anak titipan dari seseorang yang kau kenal, atau kau memeliharaku sebagai kekasih.” Yang Damar maksud dengan anak titipan adalah dirinya yang masuk kerja lewat koneksi dan perlu
Читайте больше
Mengunjungi Rumah Damar
Damar melirik ke kiri dan kanannya. Mereka sedang duduk di meja makan, tapi sungguh suasananya terasa begitu canggung. “Kenapa pada diam sih?” tanya Vita dengan senyum lembut. “Dimakan dong makanannya. Atau mungkin gak suka?” “Gak kok, Bu.” Tere dengan cepat menggeleng. “Enak, cuma lagi agak kenyang saja.” “Enak.” Jennie juga ikut mengangguk canggung. “Ya, udah. Pelan-pelan saja makannya,” jawab Vita masih dengan senyum yang sama, kemudian beralih pada Damar. “Kamu juga makan yang banyak ya.” “Dia gak usah makan banyak.” Brian langsung menyela, dengan tatapan tajam. “Biarin saja dia kelaparan.” “Brian.” Sebagai ibu, Vita tentu saja akan menegur. “Jangan kasar begitu dong.” Damar tidak memberi banyak komentar melihat pemandangan di depannya, karena memang tidak bisa. Jika dia terlalu banyak bicara, siapa tahu nanti bisa keceplosan. Ya. Tadi memang Audrey dan Damar bertemu dengan Jennie dan pasangan, juga Tere dan pasangan. Padahal tadi Damar sudah panik, tapi untung saja
Читайте больше
Arisan Bodong
“Arisan?” tanya Damar dengan kening berkerut. “Iya.” Tere dan Happy mengangguk bersamaan. “Kami baru ikut arisan dan sedang mencari anggota baru lagi. Nanti, arisannya diadakan di rumah masing-masing.” Damar tidak langsung menjawab. Lelaki itu menggaruk pipinya, merasa bingung dengan ajakan yang ditujukan padanya itu. Jujur saja, dia merasa bingung bagaimana harus menanggapi ajakan itu. Seumur-umur, Damar belum pernah ikut arisan. Lagi pula, setahunya yang namanya arisan itu, hanya dilakukan oleh kaum hawa saja. Dia juga tidak terlalu ingin ikut kegiatan seperti itu. “Ikut saja, Mar.” Tere mencoba menjelaskan. “Hitung—hitung, bisa dipakai nabung gitu. Lumayan loh dan iurannya juga tidak mahal.” “Begitu ya?” gumam Damar dalam nada tanya. Dia masih merasa bingung. “Tapi bukannya arisan biasa perempuan saja ya?” “Kata siapa?” Happy langsung menghardik. “Zaman sekarang, ada juga kok lelaki yang ikut arisan. Itu Mbak Tere yang mau resign saja ikut, masa Mas Damar tidak ikut.” “Tapi
Читайте больше
Panti Asuhan
“Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Mathilda?” Damar mendesah pelan, begitu mendengar nama itu disebut. Padahal dia berpikir sang ibu sudah lupa tentang perempuan yang hendak dijodohkan dengannya itu, tapi rupanya tidak. Sang ibu hanya menunggu waktu yang tepat untuk bertanya. “Tidak ada perkembangan apa pun,” jawab Damar dengan jujur. “Kami bahkan belum bertemu lagi, mungkin sejak dua atau tiga minggu lalu. Aku sibuk kerja, sekarang aku bahkan masih di kantor.” “Astaga, Damar! Kamu kenapa sih? Kok dikasih perempuan cantik dan muda begitu malah gak mau? Kamu gay?” Untuk yang kesekian kalinya, sang ibu menuduh. “Lagi pula, bukannya ini sudah jam pulang kantor di sana? “Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, Madre dan percaya saja apa yang ingin Madre percaya,” desah Damar merasa sangat lelah. “Yang jelas, Damar sudah memberi tahu. Terserah mau percaya atau tidak dan aku lebih suka dengan perempuan yang lebih dewasa.”
Читайте больше
Air Mata
Audrey menatap dengan tajam ke depan. Sudah lewat beberapa menit, tapi tatapan tajam dan aura penuh kemarahan itu tidak surut juga. Membuat orang-orang yang ada di dalam ruangan menjadi canggung. “Anu, Bu Audrey.” Damar mencoba untuk mencairkan suasana, terutama karena semua orang melirik padanya. “Bagaimana kalau kita mulai saja wawancara kerjanya?” “Wawancara kerja katamu?” tanya Audrey, yang kini melotot pada asistennya. “Saya berada di sini untuk wawancara kerja.” Tiba-tiba saja, suara lain terdengar dari arah depan Audrey. Arah yang sejak tadi dipelototi Audrey. “Saya sudah dipanggil seperti ini, tentu saja saya harus diwawancarai dengan benar kan?” tanya Mathilda dengan berani. Ya, Mathilda. Entah bagaimana, perempuan muda yang baru lulus itu malah melamar pekerjaan di perusahaan yang dipimpin Audrey. Tindakan yang bisa dibilang berani, tapi juga sedikit ceroboh. Kebetulan saja salah satu anggota tim yang
Читайте больше
Предыдущий
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status