All Chapters of Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan: Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Bab 31
Sampai Kindly selesai makan, pikiran Niela tidak bisa jernih. Dia bingung mengahadapi sang suami. Respon yang diberikan ketika Kindly sesekali bertanya pun cuma dijawab sekenanya saja tanpa embel-embel tambahan. Padahal biasanya dia akan lanjut cerita pengalaman jika yang dibahas ada sangkut paut dengan dirinya.Namun perlakukan Kindly tadi menciptakan tembok baru di antara mereka. Niela tidak mudah bergaul. Dia sangat selektif memilah orang untuk sekedar berceloteh sedikit tentang masalahnya termasuk hal yang tergolong kecil sekali pun. Namun jika keluhannya dianggap sepele oleh siapapun maka dia akan menyortir sikap supaya lebih tetutup lagi."Niel?""Huh?" Kaget Niela saat Kindly menepuk pahanya. "Aku tanya apa kau yang buat dessert ini?" Ulang Kindly mengangkat mangkuk mini yang berisi dessert yang di maksud."Iya. Aku." Jawab Niela kaku.Kindly menyadarinya. Tapi memutuskan tidak di bahas sebab peka kalau sang istri sedang sensitif. Jadi dari pada lanjut memperbesar masalah, dia
Read more
Bab 32
Kindly tersentak mendengar keributan sang istri. Panik melanda dirinya. Dia buru-buru membilas tubuh yang baru terkena sabun setengah bagian. Detakan jantungnya tak karuan kala menyambar bathrobe lalu berlari secepat mungkin ke sumber suara."Niel, Niel kenapa?" Serunya dari sebelum buka pintu kamar mandi sampai di hadapan orang yang di khawatirkannya."Aku menang, aku menang undian. Yuhuuu." Katanya dengan raut wajah penuh kegembiraan. "Ini, aku dapat bukunya. Hebat sekali." Sebuah buku bercover gelap di angkat ke dada dan dia peluk layaknya sebuah piala.Kindly tak berkutik di tempatnya. Jadi teriakan tadi hanya respon wujud senangnya? Bukan sesuatu yang berbahaya? Sungguh baru kali ini Kindly merasa di prank. Jeleknya itu terjadi saat mandi. Untung saja dia masih berpikir jernih untuk mengunakan bathrobe sebelum keluar. Badannya bahkan masih licin karena tidak dibilas betul."Kau berteriak karena buku itu?"Seperti bayi tak berdosa, Niela tersenyum senang mengiyakan pertanyaan sang
Read more
Bab 33
Tengah malam, Kindly terbangun karena deringan telepon. Dia melihat nama lalu perlahan berdiri agar tidak membuat suara yang mengganggu. Niela sempat menggeliat tak nyaman namun tidur lagi setelah punggunnya di usap sayang.Kindly menuju balkon kamar itu kemudian bicara. "Ada apa?""Tuan kami menemukan ada yang aneh."Dahi Kindly berkerut seketika. "Apa maksudmu?""Wanita yang terbakar itu ternyata kakaknya Lili.""Bukankah kakaknya ada di rumah sakit jiwa?""Tidak. Itu tidak benar. Lili mengarang semuanya. Kata beberapa saksi mereka berdua memang tidak terlalu akur."Kindly terdiam berpikir. Sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang dia kira. "Apa lagi yang kau tahu?""Kasus ini tidak sesederhana yang terlihat tuan. Banyak fakta baru yang melenceng. Pencuri itu juga keracunan makanan di penjara tadi setelah makan malam. Belum tahu apakah sengaja bunuh diri atau dijebak orang."Diracuni? Jika benar begitu maka sudah pasti ada rahasia yang sedang dijaga. Berarti ada pemimpin mereka
Read more
Bab 34
Sebenarnya Niela sendiri belum percaya jika dia sanggup menjadi bagian dunia Kindly. Meskipun masih ada beberapa hal yang kadang membuat keduanya salah paham, tapi Niela bisa merasakan perubahan sang suami dari waktu ke waktu."Anda baru menyadarinya?" Tanya si pelayan yang membuyarkan lamunan sang nyonya. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis seolah menggoda Niela yang sudah salah tingkah."He he he." Tawa Niela dengan wajah berseri. Tampak suasana hatinya sedang senang. "Aku mungkin terlalu fokus dengan diriku sendiri sampai lupa kalau Kin juga berjuang untukku.""Itu wajar karena kalian baru menikah. Saya ikut senang melihat kalian jadi akur begini." Mata pelayan itu sempat berkaca-kaca menyaksikan sendiri perbandingan prilaku Kindly saat awal menikah dengan sekarang. Namun dia segera menenangkan hati agar kesedihannya tidak ketahuan. "Saya benar-benar turut bahagia.""Terimakasih. Aku sangat menghargainya."Percakapan itu cukup menaikkan mood Niela menjalani hari. Dia lebih ceria
Read more
Bab 35
Seperti mendapat berita buruk, Niela mematung beberapa detik. Dia cemas setelah tahu identitas tamu tersebut. Ekspresi Kana juga terlihat dingin meski tidak berkata kasar. Mereka duduk berhadapan.Kana tersenyum miring ketika Niela tidak berani menatap matanya. Dia sudah memperkirakan situasi ini, bahwa hanya Niela yang ada di rumah sementara Kindly ada di perusahaannya. Kana menikmati seteguk minumannya kemudian bicara."Apa kau tidak nyaman?" Tanya Kana."Sedikit. Aku tidak biasa bicara dengan orang asing." Jawab Niela mengungkapkan isi otaknya. "Langsung saja, kau mau apa kemari?" Niela mendadak tidak mau terlihat lemah."Kau buru-buru sekali.""Kau sendiri yang bilang mau bicara hanya sebentar denganku.""Wah, berani juga kau." Remeh Kana dengan tatapan sinis. "Aku kira Kin menikahi wanita berkelas."Sungguh Niela bisa mencium bau busuk dari maksud kedatangan Kana. Wanita itu jelas ingin mencari masalah. Padahal Alika sendiri tidak pernah bersikap serendah ini."Apa pun yang kau k
Read more
Bab 36
Kana tak punya pilihan selain memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu. Atas peristiwa ini, Kana menyimpan lebih banyak dendam pada Niela."Maaf karena saya terlambat bertindak." Ucap lelaki berbadan kekar yang ditugaskan sebagai pengawal khusus Niela. Dia membungkuk memperlihatkan bagaimana dia sungguh-sungguh menyesal dan menghormati Niela."Tidak perlu begitu. Terimakasih sudah menolongku." Niela balas menunduk. "Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik.""Jika saya tahu dia seliar itu, saya tidak akan mengijinkannya masuk. Saya tadi mengira wanita itu adalah kerabat anda.""Kau tidak sendiri. Aku juga tidak mengenalnya dan tak menyangka dia sekasar itu.""Di waktu berikutnya, saya akan lebih waspada.""Terimakasih."Niela pun masuk ke dalam dan langsung di sambut oleh kepala pelayan dan Elna yang menyaksikan kejadian barusan. Tadi, mereka ingin maju tapi sadar bahwa posisi mereka sangat rentan disepelekan."Niel, kau tidak apa-apa?" Tanya Elna yang spontan menggunakan ba
Read more
Bab 37
Niela mengangkat wajahnya sedikit mendongak. Menatap sorot mata Kindly dan menebak dari raut wajahnya. Jantungnya berdegup keras seolah rahasianya baru saja terbongkar. Raut wajah sang suami begitu tenang, Niela punya firasat bagus kalau suaminya juga tak ambil peduli pada berita tentang Alika. Setidaknya Niela berharap begitu.Tersenyum tampan, Kindly mengecup ujung hidung istrinya lalu berucap "Kau seperti melihat hantu saja." "Kau tahu kakaknya Alika kemari? Itu aku lupa namanya--""Kana." Kindly menyela cepat. Dia berucap tanpa menyimpan beban dan itu cukup jelas membuktikan bahwa dia tahu semua yang terjadi.Niela masih diam bingung. Sedikit merasa senang sebab sang suami tidak menampakan keberatan sama sekali. "Jadi kau juga tahu kalau Alika..." Ada jeda. Kata-katanya nyaris tertahan di tenggorokan. "Hamil?" Lanjutnya.Tak ada perubahan besar dari ekspresi Kindly. Dia hanya menatap hangat Niela dengan gaya kerennya. "Aku tidak terlalu percaya pada Kana. Dia wanita licik." Sahut
Read more
Bab 38
Beberapa hari ini kesibukan di kantor menjadi-jadi. Waktu Kindly banyak tersita. Istri manisnya sering datang membawa makanan atau menjemput bila sudah lewat jam 7 malam. Aktifitas mirip terjadi hampir setiap hari. Jarang bercerita lama meski dalam suatu ruangan. Terkadang, Niela mendekat hanya untuk beri pijatan dan menawarkan bantuan semampunya. Kindly lebih banyak bermuka serius, bukan berarti marah atau sejenisnya. Waktu khusus berdua sedikit sekali. Poin lebihnya, mereka menghargai setiap waktu yang terlewat. Bagai kelegaan setelah sukses melakukan pekerjaan besar. "Jadi kau tak bisa ikut?" Tali rantai tas salempang Niela bergemerincing ketika di angkat ke bahu. Berjalan pelan ke meja Kindly sambil membaca sesuatu dari layar ponsel. Kindly membenarkan kacamata, membalik dokumen. "Kuusahakan bisa. Kau pergilah lebih dulu, nanti aku menyusul." "Mama sedang menuju ke sana. Katanya dia ingin acara makan malam ini beranggota lengkap." Niela memasukkan ponsel ke tasnya setelah mem
Read more
Bab 39
Orang-orang di dalam cafe mulai berkurang, tidak seramai saat mereka tiba. Kindly meremas kertas dalam genggamannya. Sesuatu menguap panas dalam dada, entah marah pada Lili atau kesal Harell bisa mendapat informasi melebihinya."Dari mana kau tahu ini?"Harell menghisap rokoknya seperti menelan beban. Membiarkan asap membentuk awan di sekitar mereka seolah itu adalah cara melepaskan masalah terampuh."Kedua opsimu bekerja. Kebetulan dan sengaja setelah tahu setengah."Rahang Kindly mengeras. Mata tajamnya bagai mata pisau menghunus Harell menembus tulang belakang. "Lebih jelas!""Aku dapat kiriman. Seseorang menerorku dengan fakta-fakta membingungkan. Lili atau seva, apa pun nama aslinya. Aku tidak mengenalnya, tidak ada hubungannya denganku meskipun berulang kali mengingat masa lalu yang mungkin kulupakan. Sampai akhirnya nama istrimu ikutan muncul pada teror berikutnya. Tentu saja aku tak bisa diam, dan mencoba mencari tahu, dan hasilnya adalah yang kau baca itu.""Kenapa harus pada
Read more
Bab 40
Toilet resto berbintang memiliki bentuk dan kebersihan ternyaman. Tak ada bau pesing atau coret-coretan di dinding. Lampu bersinar terang, membuat kulit tampak putih bersih saat terpapar. Berlama-lama sambil menambal make up pun tak masalah. Kualitas perlengkapan alat-alatnya sebanding dengan kantong orang berkelas. Cermin pun sering jadi sasaran tempat berpose depan kamera. Berbeda jauh dengan rumah makan kecil-kecilan yang sering Niela kunjungi, bahkan justru ada yang tidak menyediakannya. Wanita itu melihat jelas bagaimana perubahan hidupnya yang naik ke atas melompati banyak tangga sekaligus. Keluarga Kindly punya kekayaan sebanyak itu.Air dinyalakan, mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor. Niela mendesah berat, menunduk menatap titik air di watafel yang baru selesai digunakan. Pandangannya kosong, melamun. Sebenarnya dia tidak memiliki kepentingan ke toilet, hanya ingin menjauh saja. Nafsu makannya hilang sebagian.Mengetahui Kindly keluar kantor entah ke mana, membuatnya b
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status