“Teriaklah, lebih kencang lagi, biar semua orang tahu kamu memanggil namaku.”Langit tersenyum, membuat Bulan makin kesal dan emosional. Bulan melangkah melewati Langit, acuh tak acuh menuju toilet yang sudah terlewat. Langit tak mau menyerah begitu saja. Dia mengekori Bulan sembari menggodanya.“Kamu cemburu padaku?”“Nggak usah ngadi-ngadi. Aku marah karena kamu menendang kakiku. Kamu pikir yang kamu lakukan itu tidak menyakitiku?”Langit terkekeh, dia jelas cemburu, tapi enggan mengakuinya. Dia tak mungkin jatuh cinta dengan Bulan yang menyebalkan, dan semena-mena padanya. Denial demi egonya yang tinggi.“Kalau cemburu bilang saja. Aku tak keberatan,” lanjut Bintang menaik-turunkan alisnya menggoda Bulan yang tampak cemberut.“Jangan menggangguku, kembalilah ke meja, aku tak mau Bintang curiga. Aku tak mau dia tahu kalau kita sudah menikah.”“Kamu malu menikah denganku?”“Sadar, ingat kesepakatan kita, aku tak mau orang kantor tahu, kecuali Mine. Kamu mau semua orang tahu d
Read more