Aurel tersenyum manis. Dia menatap Afkar dengan ekspresi sedikit nakal, lalu berucap, "Nggak apa-apa kok .... Tapi janji yang kamu ucapkan sebelumnya, jangan coba-coba kamu lupakan ya!"Mendengar Afkar berbicara jujur tadi, semua perasaan sakit hati di dalam diri Aurel perlahan lenyap. Dia membalas, "Ya! Pasti!"Afkar terlihat mengangguk dengan cepat. Dia merasa agak canggung, tetapi nada suaranya sangat serius. Itu adalah janji yang keluar dari hati. Saat ini, perasaan Afkar terhadap Aurel tidak lagi sekadar hubungan biasa. Di dalam hatinya, muncul rasa kasihan, sayang, dan juga rasa bersalah yang dalam.Di momen ini, Aurel memandang Afkar dengan tatapan lembut tetapi rumit. Di wajahnya yang cantik dan halus, muncul ekspresi penuh empati dan sedikit sedih.Aurel berucap, "Afkar, sebenarnya aku harus memanggilmu dengan sebutan kakak, 'kan? Sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah bisa merasakan kamu selalu hidup dengan tekanan dan kebencian yang berat. Benar, 'kan? Jadi, aku nggak me
Read more