Lahat ng Kabanata ng MASK-UP : Revenge for My Twin: Kabanata 91 - Kabanata 100

Setelah mendengar pernyataan dari Chloe, Alex termenung di kursinya. Meski sel-sel otaknya bekerja keras, tatapannya terlihat kosong. Fakta yang baru saja ia dengar merupakan hal yang di luar dari perkiraan. Apakah ia harus meneruskan rencana mereka terkait balas dendam kepada ibunya? Apakah ia, sebagai anak, harus berbuat demikian kepada ibunya sendiri? Entah berapa lama Alex dibiarkan terdiam seperti itu. Akhirnya seseorang menyelamatkan situasi canggung tersebut. "Alex. Lihat aku," ucap Bethany dengan pelan sambil menggenggam tangannya. Mengirimkan kekuatan kepada pria yang terlihat linglung di depannya itu. Suaranya begitu lembut, hingga membuat hatinya yang sejak tadi seperti tercabik-cabik seakan kembali pulih. Alex menatap balik tatapan Bethany yang terlihat begitu khawatir. Ia tidak bermaksud membuat kekasihnya itu terlibat dalam masalah keluarga dan perusahaannya ini. Saat ini, ia bahkan tidak tahu apakah wanita yang ia cintai tersebut masih sangat ingin membal

Ketika seluruh mata yang hadir di sana saling memandangi satu sama lain, tidak ada satu pun dari mereka yang berani mencalonkan rekan sesama timnya. Tiba-tiba, Vallery mengangkat tangan. Ia sungguh terlihat gemetar, berbanding terbalik dengan rasa percaya diri yang berusaha ia tunjukkan. "Aku adalah agen swasta yang dipekerjakan Alex. Jadi, aku kandidat yang paling cocok sebagai umpan," ucapnya dengan mata masih terpejam secara paksa. "Tidak! Aku ... biarkan aku melakukannya. Aku akan melakukan apa pun, menyamar jadi gay sekali pun akan kulakukan," sahut David setelah panik melihat wanita yang ia taksir mencoba menjadi umpan dalam misi berbahaya. "A-aku juga bisa melakukannya. Aku pernah memainkan peran ini sebelumnya, kan?" tanya Danny yang juga mengajukan diri dengan terbata-bata. "Tidak! Aku paling cocok untuk peran ini. Karena Bob masih mengincarku setelah aksi gagal yang pernah ia lakukan sebelumnya padaku," ucap Bella menimpali. "Tidak! Kau tidak boleh-" "Aku

Alex membuka sepatunya dan membawanya dengan tangan. Ia berjalan paling depan dalam kegelapan menuju halaman belakang rumah orang tuanya. Seharusnya, hari itu tidak ada orang di rumah karena orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota dan seluruh pekerja di rumah itu diliburkan. Kecuali, salah seorang penjaga keamanan yang berjaga di gerbang depan. Ketiganya telah berhasil melewati pengawasan penjaga keamanan. Saat ini, mereka sudah berada di depan pintu masuk taman labirin di halaman belakang. "Hei, yang benar saja! Aku bahkan masih jetlag, dan kalian sudah menyuruhku untuk menyusuri labirin panjang ini?" keluh Pierre saat ia merasa terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Alex tidak mempedulikan keluhan pria itu. Ia mengenakan sepatunya lagi dan memimpin mereka menyusuri labirin tersebut. Dalam perjalanan, Pierre mendekati Bethany dan berbisik di telinganya. "Siapa sebenarnya pria yang kau kencani ini? Apa dia mafia atau semacamnya? Kenapa rumahnya sa

Alex terbangun setelah mencium bau hangus yang masuk ke dalam kamar. Ia melihat Bethany sudah tidak ada di sampingnya di tempat tidur. Menyadari sesuatu, ia bergegas panik keluar kamar dan melihat Bethany lagi-lagi menggosongkan sebagian besar dari stok roti yang ia miliki. Bukannya merasa ilfeel, Alex malah menyukai sikap Bethany yang satu itu, Bethany selalu berusaha melakukan apa pun yang ia inginkan. Ia berdiri dan bersandar di ambang pintu dapur lalu memperhatikan Bethany dalam diam. Wanita yang tampak sempurna itu sangat menarik baginya saat memakai celemek dan menguncir rambutnya ke atas. Ditambah lagi, ekspresinya sangat menggemaskan saat kesal karena apa pun yang ia masukkan ke dalam teflon selalu gagal. Pemandangan pagi itu menjadi hiburan tersendiri bagi Alex. Bethany sangat berkonsentrasi melihat resep yang ia temukan di internet. Tanpa ia sadari, seseorang memeluk pinggangnya dari belakang. "Alex. Kau akan menggagalkan masakanku." "Apa kau harus melakuka

"Dia bukan Bethany?" tanya Danny yang sudah sadar dari pingsannya. Belum sempat Vallery menjawab, Danny memperhatikan wanita yang berada di sebelahnya. Matanya melebar ketika ia menyadari bahwa yang di hadapannya kini adalah orang yang ia cintai. Ia langsung memeluk wanita itu. "Bella. Aku pikir aku sudah .... " Ia menghentikan kalimatnya sendiri. "Bethany memaksaku untuk bertukar posisi semalam. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia meminta hal itu. Tapi ... sepertinya bukan hanya aku yang mengetahui hal ini," ucap Bella menjelaskan sambil melirik Alex yang masih mencengkeram erat setir mobil. Rekannya yang lain langsung menatap Alex kebingungan. "Apa maksudmu? Alex, kau juga tahu bahwa Bethany bertukar posisi dengan Bella?" tanya Vallery dengan tatapan heran. Alex hanya memukul setir kemudi di depannya ketika ia harus berhenti di lampu merah. "Damn it!" *** Sementara itu, Bethany yang masih terikat di kursi yang ia duduki, memandang Robert dengan geram.