Ponsel Nayara bergetar di atas meja. Nama Raka Mahendra terpampang di layar, membuat Nayara mendesah malas.Di seberang ruangan, Rey hanya melirik sekilas sambil mengangkat alis.“Angkat aja, biar sekalian kamu bakar dia,” ucapnya santai, sembari menyandarkan punggung di sofa.Nayara mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu tanpa banyak basa-basi.“Di mana kamu?” suara Raka langsung memburu, terdengar menahan emosi.“Ini bukan urusanmu,” jawab Nayara datar.“Jangan macam-macam, Nay. Kalau ketahuan Ayahmu, bisa habis kamu.”Nayara mencibir, matanya menatap kosong ke arah kaca jendela yang menampilkan kelap-kelip lampu kota.“Kamu itu kayak bocah, ya? Ngomong aja bawa-bawa nama Ayahku. Sekali-sekali, jadi laki-laki itu pakai nyali, jangan cuma pakai ancaman,” balas Nayara tajam.Terdengar helaan napas berat dari seberang.“Aku peringatkan, pulang sekarang juga!”Saat itulah, Rey sengaja bersuara keras.“Eh, Nay! Kopimu tumpah, nih!”Suara Rey terdengar jelas di ponsel. Nayara lang
Terakhir Diperbarui : 2025-06-18 Baca selengkapnya