Pertanyaan Ibu Tiriku tentang Bang Zul menggantung di udara, membebani benakku. Namun, setelah beberapa saat diam, aku perlahan menggelengkan kepala. Aku sudah menyiapkan diri untuk meninggalkan kota ini, meletakkan semua kenangan pahit di belakangku. Bahkan, peternakan sudah diambil alih oleh pabrik Bang Zul, sebuah keputusan final yang menandakan babak baru dalam hidupku.Ibu Tiriku menatapku lekat, senyumnya memudar, digantikan oleh tatapan pengertian. Beliau mengangguk pelan, seolah memahami sepenuhnya isi hatiku yang masih terlalu rapuh untuk membangun impian baru."Baiklah, Nak," ucapnya lembut, mengusap punggungku begitu lembut. "Ibu mengerti. Kamu sudah terlalu banyak melewati hal berat. Biarlah semua ini jadi pelajaran."Lalu, ibu tiriku beranjak, beliau berjalan pelan keluar dari kamar. Kuantar kepergiannya dengan sorot mata sayu. Hatiku pilu, tapi aku tidak mau berharap pada siapapun.Sore menjelang. Langit berubah lebih kelabu, angin sepoi dan sunyi, memancarkan perpisahan
Terakhir Diperbarui : 2025-07-23 Baca selengkapnya