Bryan sempat terdiam bisu, tubuhnya secara impulsif membeku, seolah ada partikel yang merasuki tubuh, menggeliat perlahan dan menciptakan suasana merinding hingga Bryan tampak tegang.Ghania apalagi, wajahnya seketika murung mendengar lelaki di depannya secara terang-terangan membincangkan Radzian. Petra mendongak, dengan paras pilu, pria itu berusaha menguatkan hati."Pak Ian ..., udah gak ada dua Minggu lalu, beliau kecelakaan hebat di depan gedung ice skate di pusat kota," celetuk Petra, matanya berkisar antara kiri dan kanan.Degh!Jantung Bryan berdegup, ia mencelus hingga terasa melayang tanpa sadar, mata itu berkabut nyaris meneteskan air mata. "I-ini serius, Pak?" Bryan terlihat enggan memercayai.Menatapi raut bingung sekaligus terkejut, Petra menganggukkan kepalanya. "Benar, selama berhari-hari waktu itu, Pak Davian jarang masuk kantor karena dia harus menjaga adiknya Pak Ian," urai Petra, menekan udara dalam dada.Tera
Terakhir Diperbarui : 2025-06-03 Baca selengkapnya