Spontan gadis kecil itu menoleh ke arah suara itu berasal. "Iya, Kak, kenapa?" Tanpa basa-basi, gadis cantik itu mengayuh langkah mendekati Davian.
Selang dua menit, Vemilla telah sampai ke hadapan Davian. "Kak Davian udah se—" Belum habis Vemilla bertanya, pria itu secara cepat menjawat lengan gadis itu dan memakaikan jam tangan tadi, pas, elegan dan warna jam tangan itu benar-benar cocok di tangan Vemilla. "Bagaimana, pas, bukan?" tanya Davian mengarahkan pandangan pada pramuniaga di dekatnya. Penuh senyum sumringah, sang pramuniaga wanita itu mengangguk. "Benar sekali, Pak, Anda memiliki mata yang bagus, bisa memilih barang-barang yang tepat untuk orang lain." "Oke, bungkus ini." Davian melepaskan jam tangan itu dan menyerahkan pada pramuniaga itu, juga dia memberikan black card miliknya. "Tolong cepat, saya masih ada urusan." "Tentu, Pak." Vemilla bingung. MengMerias wajah setipis mungkin. Namun, tetap tampil cantik dan segar, usai itu, Vemilla mengenakan sepatu sneaker dengan warna senada dengan pakaiannya, lalu keluar dari kamar dengan menyampirkan tas di tubuhnya.Menenteng hadiah yang dia siapkan, menuruni tangga dengan penuh bahagia, senyuman merajalela di wajahnya, begitupun dengan sorot matanya yang tampak berbinar, riang dan cerianya gadis ini."Aku ingat, kalau Kak Ian pernah bilang kalau Kak Davian itu suka mengoleksi dasi dan jam tangan," imbuhnya sepanjang dia berjalan keluar dari rumahnya.Mengayun bingkisan kecil di tangannya ke depan dan kebelakang secara bergantian. "Jadi, aku pesankan dasi edisi spesial brand kesukaan Kak Davian kemarin, semoga dia su—"Degh!Senyuman dan riang meriah penampilan gadis ini mendadak redup, tatapan penuh bahagia seketika merendah, ia luruh, meleleh jauh ke dasar paling mengerikan.Vemilla berjalan gontai ke hadapan orangtuanya yang tiba-t
Davian mengelola perusahaan agensi yang menaungi karir para model pria ataupun wanita, anak-anak didiknya tidak hanya diarahkan sebagai wajah atau pergawan/peragawati sebuah brand.Melainkan dididik menjadi bintang, dituntut bisa berakting juga skill lainnya, hanya fokusnya mengembangkan mode dan menjadi wajah-wajah segar bagi brand-brand di luar sana.Dengan alasan ini Davian menyiapkan tim desainer dan tim lainnya untuk mengantisipasi adanya kelalaian dari brand yang bekerjasama dengannya, di luar sana Davian berinvestasi di perusahaan fashion, kecantikan dan memiliki universitas yang melahirkan bintang-bintang baru."Bagaimana hasilnya?" tanya Davian berjalan cepat memaayki lift khusus yang dimana hanya dia dan sekretarisnya yang bisa menggunakan lift tersebut.Petra mengiringi langkah Davian dengan seimbang. "Perusahaan yang dipimpin Reyhan, sesuai dengan brosur, nama perusahaannya Prima Arc, basis kesuksesannya belum mencapai standar, mereka
Sebenarnya Johan masih kurang setuju dengan rencana sang istri, menjodohkan putrinya dengan CEO perusahaan agensi para penari, dancer atau Ballerina ini. Rumor kurang baik terus bermunculan dari pimpinan perusahaan ini.Johan memiliki firasat kurang baik mengenai sosok Reyhan, akan tetapi dia tetap tidak bisa membantah atau mengabaikan rencana istrinya, dengan senyuman getir lelaki ini melepaskan brosur iklan tersebut."Ini adalah agensi yang menaungi para Ballerina, mama dan Papa berpikir kalau kamu sebaiknya masuk agensi, untuk mengatur arah karir kamu," terang Johan tak berani menatap wajah putrinya.Sejenak dia telan saliva yang terasa kering, hatinya detik itu juga berdebar sampai dia terengah-engah tanpa alasan. "Papa harap kamu pikirkan masalah ini, dan temui dia siang ini, mungkin dia ingin menjelaskan beberapa aturan atau perkenalan tentang perusahaannya," sambung Johan masih enggan mendongakkan wajahnya.Sikap Johan membuat Vemilla berta
"Fix, jodoh ini mah," celetuk Firman secara spontan.Vemilla bingung. "Hah?"Bobby, Firman dan Zay malah tertawa, mereka menepis pikiran Vemilla dengan gelengan kepala mereka, Theliza dan Ghania tidak mengusik, mereka hanya terdiam dan sesekali tersenyum."Oke, fix, besok kita yang akan belanja, kamu tinggal kasih tahu bahannya, ya, deal?" Bobby menjulurkan tangannya.Dengan senang hati, Vemilla menyetujui kerjasama ini. "Deal!"Kesepatakan mereka dengan mudahnya terjalin, mereka mengakhiri pertemuan mereka malam ini di sana, Bobby, Firman dan Zay segera melarikan diri meninggalkan tiga gadis itu.Termasuk Vemilla dan dua sahabatnya, setelah lima menit berlalu, mereka memutuskan untuk segera keluar dari kafe."Aku pulang duluan, ya," pamit Theliza turun dari tangga depan gedung kafe lebih dulu, "Kamu tungguin orang suruhan Pak Davian, Ya, La, soalnya tadi Pak Davian berpesan bakalan ada yang jemput kalian."Thel
Secara frontal mereka menggeser kursi dari meja lain untuk bergabung ke meja yang sama dengan Vemilla dan dua sahabatnya yang lain.Theliza dan Ghania tergemap, mereka menggeser kursi untuk saling berdekatan. "Siapa mereka? Kamu kenal, Ghan?" Theliza berbisik tepat di telinga Ghania.Kepala model cantik itu menggeleng, ini kali pertama dia melihat ke-tiga dari pria itu. "Entahlah, gak pernah lihat aku, apa mungkin temen-temennya mendiang Kak Ian, ya?" jawab Ghania sambil menerka-nerka.Bobby berada di sisi kanan dan dua temannya berada di sisi berlawanan dengannya. "Illa, kamu tahu 'kan? Kalau ulangtahun Davian itu besok?" tanya Bobby pada Vemilla.Gadis yang mendapatkan pertanyaan tersebut sempat terhenyak, wajahnya mengembang dan bola matanya melebar, kemudian dia menggelengkan kepala."Besok ..., tanggal berapa, ya?" seru Vemilla seraya dia termangu mengingat tanggal berapa di hari esok.Ghania yang ada di belakang Zay segera
*** "Taraa ..., strawberry sundae ice cream dan strawberry shortcake ice cream datang ...." Penuh bahagia, Vemilla membawa nampan berisikan tiga buah mangkuk beling berkaki satu dan tiga mangkuk banana split. Kafe hits dekat dengan studio ballet menjadi pelabuhan tiga gadis untuk meluapkan rasa lelah dan nostalgia antara Ghania dan Vemilla dilangsungkan. Mata mereka berbinar ketika memandangi enam wadah dengan dua jenis hidangan berbeda, hanya saja bahan dasarnya sama, strawberry menjadi pionir mereka. "Kalian beneran gak papa?" tanya Vemilla, ragu, jika dua temannya akan menyukai ini, "Yang suka strawberry itu aku, kalian kalau mau pesen hidangan lain, gak apa-apa, kok, nanti aku traktir." Theliza tertawa tipis-tipis. "Eyy, gak apa-apa lah, aku juga suka strawberry, ditambah ini gratis dapat dua wadah lagi." Sahabat gadis cantik itu mulai berkaca-kaca, dia merasa bangga pada sahabat cantiknya