Alana dilanda kebingungan. Tidak mengerti cincin itu untuk siapa sebenarnya. Untuk mertuanya atau dirinya?“Naaaaa! Masih denger aku nggak?” Ale yang melambai-lambaikan tangannya di layar gawai membuat Alana tersadar dari ketermanguannya.“Eh iya, Le?” “Fix yang ini kan?” Ale mengonfirmasi sekali lagi.“Ya, yang itu,” jawab Alana.“Okay. Udah dulu ya, Na. Nanti aku telfon lagi. Oh iya, nanti makan siangnya jangan sampai telat.”Sambungan telepon lantas terputus dan menyisakan senyum di bibir Alana.Alana baru menyadari jika ada orang di sebelahnya setelah mendengar suara deheman Zee.“Eh, Zee, sorry, aku baru inget kalau ada kamu. Oh iya, tadi sampai di mana? Masih ada yang mau diomongin lagi ya?” Alana memandang jam tangannya seolah memberitahu bahwa ia sangat sibuk hari ini.“Na, ini aku ngomongnya bener-bener serius lho sama kamu.”“Ya, aku denger kok, ada apa lagi?”“Kamu nyadar nggak sih kalau kamu tuh udah jadi orang ketiga di antara aku dan Ale?” serang Zee frontal. “Dulu kita
Terakhir Diperbarui : 2025-06-12 Baca selengkapnya