Markas pribadi Rigen – tengah malam setelah konferensi. Hujan deras mengguyur kaca jendela. Langit Jakarta diselimuti guntur, seolah menyuarakan peperangan yang baru saja dimulai. Rigen duduk di meja bundar besar bersama Jovian dan tiga orang penasihat utama dari tim hukum dan media krisisnya. Semua terlihat tegang, kecuali satu orang—Rigen. Pria itu justru tenang, seperti predator yang baru mencengkeram leher mangsanya. Matanya menatap peta kekuatan yang terbentang di layar proyektor di hadapan mereka—peta penuh foto, koneksi, skema arus dana, dan satu garis besar: *Selena dan Jason harus diisolasi, lalu dipatahkan.* “Selena akan membalas,” kata Jovian, membuka rapat. “Dan saya tidak yakin dia akan bermain bersih, Tuan.” “Dia tidak akan bisa menyerang dengan legal,” sahut pengacara wanita di sebelah kiri. “Tapi dia akan main karakter. Manipulasi publik. Narasi pelecehan kekuasaan, misogini, korban cinta beracun.” “Dia lupa,” potong Rigen pelan, “bahwa cinta yang dia raci
Huling Na-update : 2025-06-25 Magbasa pa