Dari jendela kamar yang terbuka setengah, suara ayam jantan dan gemericik sungai kecil terdengar samar. Jam di dinding menunjukkan pukul lima pagi. Tapi bagi Amara, hari sudah dimulai sejak satu jam lalu.“Pelan-pelan, Nak … iya sayang … Mama di sini,” bisiknya lembut sambil menggendong Rembulan yang menangis kecil minta disusui.Dengan rambut yang masih acak-acakan dan mata yang sembab karena belum cukup tidur, Amara duduk di kursi goyang di pojok kamar. Selimut tipis menyelimuti kakinya. Di pelukannya, Rembulan yang mungil mengisap dengan rakus, matanya terpejam, tenang dalam dekapan ibunya.Amara menatap wajah bayinya yang begitu damai, kulitnya kemerahan, napasnya kecil dan teratur. Hatinya terasa penuh—bukan karena segalanya sudah baik-baik saja, tetapi karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa sangat berarti.“Maaf ya, Bulan … Mama masih belajar,” bisiknya. “Tapi mama janji… akan jadi tempat pulangmu yang paling aman.”Beberapa saat kemudian, pintu kamar diket
Last Updated : 2025-07-10 Read more