“Kenapa itu sepedanya, Neng?” tanya Bapak itu lagi.Aku melirik Mas Afnan sekilas. “Bannya kempes, kurang angin,” jawabku disertai senyuman canggung.Kulihat suamiku itu menghela nafas pelan, kemudian menggelengkan kepala. “Langsung bawa saja ke belakang Masjid, di sana ada pompaannya,” ucap lelaki yang hari ini memakai koko putih itu.Aku mengangguk saja dan menuruti apa yang diperintahkan suamiku tadi. Namun, sesampainya di belakang Masjid, aku mulai kebingungan sendiri. Memang benar ada pompaan itu untuk mengisi angin, tapi masalahnya ... aku tidak tahu bagaimana cara menggunakan pompaan itu.Ditambah lagi, adzan Zuhur sudah berkumandang. Yasudahlah, sebaiknya sekarang aku shalat dulu, baru setelah itu kufikirkan bagaimana memompa ban sepedaku lagi.Langsung saja aku bergegas mengambil wudhu di toilet wanita dan bersiap menunaikan shalat Zuhur.Ternyata, yang menjadi Imam dalam shalat kami
Terakhir Diperbarui : 2025-04-27 Baca selengkapnya