Angin sore itu berhembus pelan, mengibaskan tirai anyaman bambu di rumah Bu Darmi. Reza duduk bersila, keringat masih membasahi pelipisnya usai menjalani ritual pembersihan. Di hadapannya, Ki Harjo menatapnya dalam-dalam, seperti hendak membaca jauh ke dalam jiwanya."Anak muda…" suara Ki Harjo serak namun dalam, "ada hal yang harus kau ketahui, sebelum semuanya menjadi lebih berat dari yang bisa kau pikul."Reza mengangguk, tak berani menyela. Sejak kedatangan lelaki tua itu, hidupnya berubah. Mimpi buruk datang saban malam, dan tiap kali ia terbangun, selalu ada bayangan samar di sudut kamarnya—menatap, diam, menunggu.Ki Harjo mengambil sebatang rokok lintingan dari daun jagung, menyalakannya perlahan, asap mengepul tipis. Matanya memandang jauh, seperti menembus waktu."Dulu… sebelum kita semua lahir, tanah ini bukanlah milik manusia," ucap Ki Harjo lirih. "Daerah bukit kecil, rawa, dan dua pohon beringin itu adalah wilayah suci bangsa lelembut. Mereka tinggal berdampingan, tak me
Last Updated : 2025-04-17 Read more