Nio mendesah pelan, lalu menatap ke arah bukit kecil di seberang, di mana dulu ia tinggal di rumah sederhana tak jauh dari rumah Nenek Lina. Ia kembali ke sana, menyusuri jalan setapak dengan rerumputan tinggi, hingga akhirnya berdiri di depan bangunan kecil yang pernah disebutnya rumah, sebuah pondok reyot dari kayu, yang meski sederhana, menyelamatkan hidupnya selama setahun lebih.Namun, pikirannya tidak berhenti di sana. Ia menatap ke arah kiri, sekitar lima puluh meter dari tempatnya berdiri: rumah Nenek Lina.Ia bergegas menuju ke sana.Rumah itu... nyaris runtuh. Atapnya sudah berlubang, dindingnya retak, dan jendela kayunya tergantung patah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tak ada asap dari dapur, tak ada suara dari dalam.Dengan hati-hati, Nio mendorong pintu rumah yang mengeluarkan bunyi berderit pelan. Di dalamnya gelap dan berdebu. Ia melangkah masuk, menatap sekitar, rak tua, kursi reyot, lemari dengan daun pintu yang terbuka, dan me
Huling Na-update : 2025-07-15 Magbasa pa