Share

RHMD 102

Author: Ziya_Khan21
last update Huling Na-update: 2025-07-12 09:14:05

Restoran itu memang megah, dengan arsitektur bergaya kolonial yang mewah dan pencahayaan hangat yang menenangkan. Para tamu sibuk dengan percakapan bisnis dan senda gurau ringan, diselingi dentingan alat makan dan suara musik lembut yang mengalun dari speaker tersembunyi. Di sudut ruangan yang menghadap ke jendela besar, Ruby melangkah anggun namun tegas, mengenakan setelan krem yang sederhana tapi elegan, rambutnya diikat rendah seperti biasanya.

Ia tiba lebih dulu dari klien yang akan ia temui. Meja mereka tidak berada di ruang VIP atau ruang tertutup seperti biasanya. Kali ini, ia meminta meja biasa, yang terletak di pinggir jendela agar lebih santai, tanpa tekanan. Dari tempat duduknya, pemandangan jalan utama ibu kota terlihat jelas, orang-orang berlalu-lalang dengan dunia mereka masing-masing.

Tak lama, seorang pria berjas abu-abu memasuki restoran dan menghampirinya.

"Miss Ruby, saya minta maaf telah membuat Anda menunggu," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Ruby tersenyum sopa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Elly Julita
aduduhhhhh mereka ketemuuu, siapa nih yg bakal nyapa duluan,,
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
eeaaa pertemuan yg tak terduga, kalau udah berhadap²an gini GK bisa mengelak dong
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Ini nanti nya Ruby bakalan berani nyapa atau nggak yaa ? Trus kalo pun Ethan sadar sedang di liatin Ruby bakalan pura - pura gak tau dan gak kenal apa bakalan nyapa balik ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 126

    Lorong menuju toilet cukup sepi, dengan cahaya lampu redup dan aroma bunga kering dari vas di sudutnya. Ruby baru saja hendak menyentuh gagang pintu saat suara langkah cepat terdengar di belakangnya.Nio tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan menariknya menjauh dari pintu toilet, ke sudut dinding yang lebih tersembunyi.“Hei, apa yang kau—” Suara Ruby tertahan ketika Nio menatapnya tajam, jarak mereka kini terlalu dekat.“Apa yang sedang kau lakukan, Ruby?” bisik Nio, suaranya rendah, tetapi menekan, nyaris seperti desakan yang menyimpan amarah.Ruby menepis tangannya, tetapi tak langsung menjauh. “Aku sedang makan malam. Menjaga hubungan baik untuk masa depan bisnis. Atau kau punya definisi lain tentang itu?”“Menerima penawaran Sarah bukan bagian dari itu,” ujar Nio dengan rahang mengeras. “Kau tahu siapa dia. Kenapa kau melibatkan dirimu?”Ruby menatapnya, tak kalah tajam. “Dan kau pikir aku akan diam saja melihatmu berjal

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 125

    Ruby tidak menjawab. Matanya justru menatap ke arah Nio yang masih diam, seperti patung yang disengaja diletakkan di sana. Seolah tak satu pun percakapan itu menyentuhnya. Sarah menyadari arah tatapan Ruby, lalu tersenyum manis. “Ethan memang begitu kalau sedang lapar. Nggak akan buka suara sebelum makanan datang.” Ia menoleh ke Nio dan menepuk bahunya pelan. “Sayang, kamu belum bilang apa pun sejak duduk. Semua baik-baik saja?”Nio mendongak, hanya sebentar. “Ya. Aku cuma lapar.” Gerry ikut tertawa kecil. “Aku jadi penasaran, Sarah. Bagaimana awalnya kamu bisa ketemu Ethan? Kalian terlihat sangat dekat.” Ruby meremas garpu di tangannya tanpa sadar. Sarah tak melewatkan itu. “Kami bertemu di sebuah gala investasi di Berlin. Awalnya aku tidak mengenali dia, karena dia cukup misterius. Tapi setelah bicara sebentar, aku tahu dia bukan pria biasa.” “Wah.” Gerry mengangguk. “Ethan memang bukan pria b

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 124

    Ruby menatap Gerry, matanya bergetar. “Ini bukan soal siapa yang ada, Gerry. Ini tentang siapa yang benar-benar kumau.” “Dan kau masih mau pria yang bahkan tak cukup mencintaimu untuk mengucapkan selamat tinggal?” sindir Gerry. Ruby mengalihkan pandangan, menatap ke luar jendela, ke arah kota yang mulai gemerlap. Hatinya terasa sesak. Ia tahu kata-kata Gerry menyakitkan, tapi sebagian darinya juga tahu itu benar. Namun, bagian terdalam dalam dirinya tetap yakin, Nio tidak pergi begitu saja. Nio pasti punya alasan. “Apa yang akan kau lakukan jika dia kembali?” tanya Gerry setelah keheningan panjang. Ruby menoleh. Matanya tajam, menyala. “Aku akan memeluknya. Memaafkannya. Dan memberinya alasan untuk tetap tinggal.” Gerry menahan napas. “Dan bagaimana kalau dia tidak pernah kembali?” Ruby bangkit dari duduknya. “Kalau dia tidak kembali, maka aku akan menunggu sampai aku benar-benar

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 123

    Pintu kayu tua itu terbuka perlahan. Di baliknya, ruangan kecil yang dipenuhi rak buku dan peta-peta tua menyambut kedatangan Nio. Aroma kopi hangat dan debu memenuhi udara. Markus duduk di kursi rotan dekat jendela, meminum secangkir teh dengan tenang. Ia menoleh, tatapannya tajam dan penuh tanya.“Kau akhirnya kembali,” ucap Markus tanpa basa-basi, meletakkan cangkirnya di meja.Nio melempar jasnya ke sandaran sofa dan duduk di hadapan Markus. Ia menghembuskan napas panjang, menyandarkan tubuh ke kursi. Sekilas, wajahnya terlihat lelah. Bekas pertemuan dengan Ruby masih membekas jelas di pikirannya. Pelukannya. Isaknya. Tatapannya. Semuanya menusuk seperti belati.Markus menatapnya tajam. “Apa yang akan kau lakukan sekarang?”Butuh beberapa detik sebelum Ethan menjawab. “Belum saatnya.”Markus mengernyit. “Kau yakin? Waktumu tidak banyak. Sarah sudah menyusup terlalu dalam, dan—”“Aku tahu.” Ethan memotong, suaranya tenang tapi tegas. “Tapi kalau aku bergerak sekarang, semuanya bisa

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 122

    Namun, tak ada jawaban langsung. Hanya keheningan sebentar, lalu suara ayahnya terdengar lagi, kali ini lebih dingin. “Pulanglah, Ruby. Kita perlu bicara.”Sambungan pun terputus tanpa penjelasan lebih lanjut. Ruby menatap ponselnya beberapa saat, dadanya terasa semakin berat. Jika ayahnya sampai menghubungi langsung, itu berarti serius. Dan Ruby tahu, penundaan tak akan bisa menjadi alasan kali ini.Dengan napas berat, ia bangkit dari kursi, matanya masih menyiratkan kebingungan dan kegelisahan yang baru.Ada sesuatu yang menunggunya di rumah. Dan ia hanya bisa berharap… itu bukan sesuatu yang akan membuat segalanya lebih rumit dari yang sudah ada.*** Malam itu langit terlihat kelabu, seakan-akan meramalkan badai yang akan datang. Ruby membuka gerbang rumah besarnya dengan perasaan tak tenang. Lampu-lampu taman menyala redup, tapi suasana di dalam rumah tampak lebih muram dari biasanya.Begitu Ruby membuka pintu utama, aroma obat d

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 121

    “Suaminya Bu Ruby? Itu…Tuan Nio Alenka?” sahut temannya, suara bergetar karena tak percaya.Mereka hanya bisa saling pandang. Tak lama, seorang staf senior yang mengenali wajah Nio dari foto-foto masa lalu juga ikut terdiam, matanya menyipit tajam. Di pikirannya, satu pertanyaan langsung membara, “Apakah Tuan Nio kembali? Tapi… siapa wanita itu?”Gosip mulai merambat seperti api kecil yang menyentuh kayu kering. Di antara para pegawai, bisik-bisik mulai terdengar.“Jangan-jangan… dia kembali diam-diam dan selingkuh?”“Kalau benar itu Tuan Nio… kenapa Nona Ruby tidak bilang apa-apa?”“Dia gandengan tangan dengan perempuan lain.”Di tengah desas-desus itu, Nio dan Sarah tetap melangkah keluar tanpa sadar telah menyalakan percikan kecil yang bisa berubah menjadi kobaran besar. Nio hanya ingin cepat keluar dari gedung itu. Namun langkahnya terasa berat, karena ia tahu… kebohongan ini hanya akan bertambah dalam.Dan ia juga t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status