Nio mengangkat dagu Ruby perlahan. “Kamu tidak akan kehilangan aku.” Ia menempelkan keningnya pada kening Ruby. “Dan aku akan pakai rompi anti peluru kalau perlu,” tambahnya, mencoba bercanda, meski suaranya serak.Ruby hendak membuka mulut, tetapi Nio menunduk, mengecup bibirnya. Ciuman itu lembut bukan sekadar romantis, melainkan penegasan bahwa ia masih kuat. Ruby terdiam, jantungnya berdebar. Saat Nio melepaskan diri, matanya menatap Ruby dengan keyakinan penuh.“Aku baik-baik saja,” ulangnya, jemarinya mengusap pipi Ruby. “Percaya padaku.”Ruby menarik napas panjang, melepaskan genggaman pada jas itu. “Baik. Tapi aku ikut. Kau pikir aku akan membiarkanmu berkeliaran sendirian?”Nio tersenyum, menahan tawa sakit. “Tidak ada yang bisa menahanmu ketika kau sudah memutuskan.” Ia meraih tangan Ruby, mengecupnya singkat. “Kita pergi bersama. Setelah itu… aku janji kembali ke sini untuk kontrol.”Ruby mengangguk akhirnya, meski masih ada ke
Last Updated : 2025-07-05 Read more