Petir kembali menyambar, memantulkan kilatan putih di kaca jendela. Zivanna berdiri, meraih mantel hitamnya. “Kita mulai sekarang.” Maureen mengangkat alis. “Sekarang? Tengah malam begini? Kamu nggak apa-apa, Zee?” Maureen mengkhawatirkan kondisi Zivanna yang berbadan dua. “I’m okey, Ryn. Semakin gelap, semakin mudah bergerak,” jawab Zivanna, suaranya mantap. “Kita akan masuk ke sarang mereka.” Maureen menghela napas, lalu bangkit dan mengambil tasnya yang berisi peralatan. “Oke, tapi kalau kita ketemu Ares atau Revan di jalan, aku nggak janji bisa nahan tangan.” ••• Satu jam kemudian, mereka berada di dalam mobil yang berhenti di seberang gedung kantor cabang milik Liora Invest—perusahaan cangkang kedua dalam daftar. Lampu-lampu di lantai bawah sudah padam, hanya sisa cahaya biru dari layar monitor yang terlihat di lantai tiga. “Server mereka ada di sana,” bisik Maureen, menatap gedung melalui teropong kecil. “Kalau kita bisa tarik log transaksi langsung, kita bisa lihat hubung
Terakhir Diperbarui : 2025-08-09 Baca selengkapnya