Hening yang menyesakkan masih menggantung di udara ketika suara langkah berat memecahnya. Kayvandra menoleh cepat, dan menemukan Alvaro sudah berdiri di ambang pintu. Wajahnya datar, tapi sorot matanya tajam, penuh kendali yang nyaris retak. “Cukup, Kay.” Nada suaranya tenang, tapi dingin seperti baja. Zivanna memejamkan mata sesaat, seolah baru saja ditarik keluar dari pusaran emosi yang menenggelamkannya. “Alvaro… jangan,” ujarnya lirih, namun langkah pria itu sudah lebih dulu mendekat. Kay memutar tubuhnya perlahan, menatap Alvaro dengan sinis. “Oh, ini dia. Mau cari muka kamu?” ujarnya tajam, bibirnya menyeringai tanpa senyum. “Kamu datang untuk menenangkan, Zivanna? Mau jadi pahlawan kesiangan kamu, Alvaro?” Alvaro menahan diri untuk tidak membalas langsung. Ia hanya berdiri beberapa langkah di hadapan Kay, menatap lurus tanpa gentar. “Kalau kamu datang ke sini hanya untuk ribut, lebih baik kamu pergi dulu Kay. Zee masih labil kondisinya. Kita bisa bicara tentang ini di luar,
Huling Na-update : 2025-10-05 Magbasa pa