Malam itu, Arga kembali tidur di rumah neneknya. Meski tubuhnya lelah, matanya sulit terpejam. Setiap kali ia menutup mata, ada suara-suara aneh di telinganya. Bukan bisikan… lebih seperti desiran air dan dengungan jauh, seolah ia masih dekat dengan Curug Kembar, padahal sudah jauh dari sana.Di sisi lain, Ningsih tidur di ruang tamu, dibungkus selimut tebal. Tapi matanya juga terbuka, menatap langit-langit rumah yang gelap. Di luar, angin malam kembali berhenti.Dan pada pukul 2.13 dini hari, Arga terbangun karena bau tanah basah yang menyengat.Ia menoleh ke jendela. Embun menempel tipis di kaca. Tapi bukan itu yang membuatnya mendadak duduk tegak. Di luar jendela, samar-samar… ada jejak kaki. Tapi anehnya, bukan dari luar masuk—melainkan dari dalam kamar menuju ke luar.> “Apa gue jalan dalam tidur…?” gumamnya.Ia turun dari tempat tidur, melangkah perlahan, membuka jendela dan menelusuri jejak itu dengan senter kecil.Jejak itu memanjang, menurun ke arah jalan belakang rumah… lalu
Huling Na-update : 2025-07-10 Magbasa pa