Pagi itu, mentari muncul dengan lembut, menyinari rumah kecil yang mulai terasa seperti rumah sebenarnya—bukan sekadar tempat tinggal. Suara burung-burung terdengar samar di luar jendela, bersahutan dengan bunyi sendok yang bergesekan dengan piring dari dapur.Aya berdiri di depan kompor. Rambutnya diikat asal, mengenakan piyama yang terlalu kebesaran milik Elvano, dan wajahnya masih setengah mengantuk. Tapi ia memasak. Sesuatu yang, bagi Elvano, adalah tanda besar dari hal kecil: Aya mulai nyaman.“Telurnya jangan gosong lagi, ya,” suara Elvano menggoda dari belakang.Aya meliriknya dengan pandangan tajam, tapi matanya tak bisa menyembunyikan senyuman kecil.“Kalau gosong, makan aja sendiri. Jangan nyalahin aku,” ujarnya ketus, tapi tak ada nada marah di sana.Elvano mendekat, berdiri di sampingnya, lalu memeluk pinggang Aya dari belakang. “Gosong pun aku tetap makan. Yang penting kamu yang masak.”Aya diam. Tak menepis pelukan
Last Updated : 2025-06-03 Read more