Mata Nadira tampak berkilat—bukan oleh cahaya lampu gantung kafe kecil itu, tapi oleh lapisan bening yang hampir tumpah dari pelupuknya.Senyumnya tetap mengembang, meski matanya memuat sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebahagiaan.Ada haru, dan mungkin juga kerinduan."Terima kasih, Giranda. Kamu juga jaga diri baik-baik, ya," katanya pelan, suaranya seperti embusan angin sore yang lewat di sela dedaunan kering.Dari sisi meja yang lain, muncul kepala Bayu, separuh wajahnya masih terpantul dalam layar ponsel yang menyala.Senyumnya lebar dan nakal, seolah ia baru saja melanggar sebuah aturan penting."Nadira, gara-gara kamu nih, aku jadi bisa makan kue. Biasanya mereka galak banget, pantang ngizinin," ujarnya sambil menunjuk potongan kue tart yang tinggal remah di piring plastik."Selamat ulang tahun, ya?"Nadira menggeleng, tapi senyumnya tak pudar. Ia menatap Bayu seperti seorang kakak yang tak bisa menahan geli m
Terakhir Diperbarui : 2025-08-28 Baca selengkapnya