Interior mobil sunyi, hanya suara hujan ringan yang sesekali terdengar di luar jendela. Meri bersandar, menatap lampu kota yang lewat perlahan di balik kaca.“Kamu baik-baik aja?” suara Adrian pelan, nyaris tenggelam di kursi belakang yang luas.Meri tidak langsung menjawab. “Nggak tahu. Tapi... aku nggak menyesal.”Adrian menoleh, hendak bicara—“Kalau kalian menyesal,” sela Lucien dari depan tanpa menoleh, “mending jangan sekarang. Tahan sampai harga saham jatuh dan dewan minta salah satu dari kalian buat dikorbanin.”Meri tersenyum kecil, hambar. “Kita bagi dua aja, ya. Satu kepala Montclair, satu kepala penyihir.”Adrian membalas datar, “kalau mereka minta kepala, aku kasih kepala orang lain.”Lucien mendesah, “Cuma jangan kepala ku, bos. Aku belum sempat ambil jatah pensiun dan bonus tahunan.”Adrian memejamkan mata sebentar, lalu bersandar. “Lucien…”“Ya?”“Terima kasih.”Lucien akhirnya menoleh, keningnya berkerut. “Wow. Bos ngomong ‘terima kasih’. Hari ini langit beneran mendu
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya