All Chapters of Gadis Terakhir: Chapter 81 - Chapter 90

“Hallo? Baru tadi sore kita melakukan sambungan telepon … sekarang kamu sudah menghubungiku lagi, serindu itu kamu pada anak kita?” Nada suara Abigail terdengar meledek.“Buktikan kalau itu anakku! Baru aku akan bertanggung jawab.” Aarav mencoba membujuk jadi dia menahan nada suaranya agar tetap rendah.Abigail tertawa meledek. “Kamu tidak perlu bertanggung jawab … aku bisa menghidupi anak ini sendiri … aku hanya ingin melihat kamu dan Bella menderita karena dibayangi-bayangi dosa kamu, Aarav!” Suara Abigail meninggi diakhir kalimat.“Biadab kamu Abigail!” Aarav berseru mengumpat.“Dua kali kamu menolakku dengan merendahkan aku mentang-mentang kamu sudah menikah dengan Bella … memperlihatkan hidup bahagia tapi menurutku kamu sendiri belum mencintai istri kamu itu!” Jadi ceritanya Abigail sedang balas dendam karena ditolak Aarav mentah-mentah.“Memangnya aku peduli dengan apa yang kamu pikirkan tentang perasaanku terhadap istriku sendiri? Aku yang menjalani dan aku yakin dengan perasa

Saat keributan di kantin tadi terjadi, kebetulan Uncle Gio lewat lalu menjauhkan Aarav dari daddynya yang sedang murka.Daddy dan Mommy serta oma langsung pergi ke ruang rawat Sifabella untuk menjenguknya.Tanpa banyak bertanya, Mommy langsung memeluk Sifabella.“Maafin Oma ya, Bell.” Oma Aneu merasa bersalah telah menjodohkan Sifabella dengan Aarav.“Maafin Daddy juga ya, Bell … ternyata Daddy gagal mendidik Aarav.” Semua menyesal karena telah menyeret Sifabella ke dalam masalah pelik yang dibuat Aarav.Melihat kedatangan mereka saja ditambah dukungan dari Uncle Gio barusan membuat Sifabella merasa kalau dia tidak sendiri.Sifabella menganggukan kepala sambil berderai air mata.Sengaja mereka tidak membahas perihal Abigail dan kehamilannya, menunggu Sifabella benar-benar pulih.Malam ini Sifabella ditemani Hilda karena Mommy, daddy dan oma harus pulang untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan selama tujuh jam tapi mereka berjanji akan kembali esok hari bersama opa Beni.Merek

Keesokan paginya semua berkumpul di ruangan rawat inap Sifabella.Ada opa Beni juga yang tampak sedih melihat kondisi Sifabella. Beliau belum bicara dengan Aarav.Tadi mereka sempat bingung melihat Aarav di dalam ruang rawat itu sedang menyuapi Sifabella sarapan.Wajah Sifabella juga terlihat lebih segar dari terakhir mereka bertemu dengannya.“Mommy sama daddy akan menemui Abigail, Mommy akan paksa dia untuk melakukan tes DNA,” cetus Mommy memberitahu rencana yang sudah disusun tadi malam bersama daddy.“Enggak usah, Mom … janin dalam perut Abigail bukan anak mas Aarav.” Sontak semuanya menatap Sifabella bingung termasuk Aarav yang membelalakan matanya tidak percaya.“Mas Aarav memang dijebak sama Abigail, sebetulnya Bella udah minta mas Aarav jauhin Abigail … pertama, karena Bella cemburu dan enggak rela mas Aarav sering ketemu dia dan yang kedua karena Bella enggak suka sama Abigail yang selalu bersikap

Aarav memblokir segala bentuk komunikasi dengan Abigail dan dia terpaksa menjaga jarak dengan semua sahabatnya.Tapi tidak ada yang berubah dari hidupnya, dia hanya tidak memiliki teman clubbing saja.Mungkin nanti setelah anak mereka lahir, Aarav akan membawa Sifabella dugem dan menitipkan anak mereka pada opa Beni.Dan hari ini sesuai permintaan opa Beni, Aarav tidak memperpanjang kontrak bisnis dengan perusahaan milik papanya Alexa.Untuk mengakhiri kerjasama yang telah selesai itu, mereka harus bertemu guna me-review dan membahas isi dari kontrak yang mungkin masih ada kewajiban yang belum dilakukan atau hak yang belum diterima.Sebuah hotel menjadi pilihan Alexa untuk mereka melakukan meeting.Sudah biasa meeting dilakukan di kamar hotel suite bila hanya beranggotakan sedikit orang.Tapi yang membuat Aarav tidak nyaman adalah kamar hotel itu tempat di mana dia terbangun bersama Alexa setelah melakukan malam panas dalam pengaruh alkohol dan telah merenggut kesucian Alexa sepuluh t

Kehamilan Sifabella yang pertama ini tidak terlalu merepotkan, morning sick hanya di awal saja dan ketika kandungannya menginjak trimester tiga dia justru banyak makan dan ngemil.Kesehariannya hanya nonton televisi dan berbaring lalu malamnya bercinta dengan sang suami yang nafsunya tidak pernah padam.Dan saat weekend seperti ini, Sifabella juga enggan ke mana-mana.Dia gampang lelah karena harus membawa perutnya yang sudah besar.“Mau makan apa, sayang?” Aarav bertanya, bermaksud hendak membuatkan makan siang untuk istrinya.Mereka sedang menonton film action pilihan Sifabella.Di mana berbaring menempati sembilan puluh persen sofa panjang dengan kepala dia simpan di atas pangkuan Sifabella.“Apa ya? Aku lagi pengeeeen ….” Sifabella tampak berpikir, tangannya mengusap-ngusap kepala Aarav sampai rambut suaminya berantakan.Ponsel Sifabella yang tergeletak di atas meja berdering membuat perhatian Sifabella teralihkan.Aarav mengulurkan tangan meraih ponsel istrinya dan dia melihat sa