Aku bergegas menghampiri Ayah, mencarikan obatnya. Tidak kupedulikan dua orang yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. Entah apa perlunya.Baru salah seorang dari mereka mendekatiku."Mbak, maaf. Kami akan menyita rumah ini karena ayahnya tidak sanggup membayar utang dengan jaminan sertifikat rumah," katanya.Serasa duniaku runtuh seketika. Bukankah Kak Dinda yang meminjam sertifikat rumah Ayah?"Mmm... Memangnya pinjam berapa, Pak?""Dua ratus juta."Ya Tuhan, ulah apalagi yang diperbuat Kakakku? Kenapa tak henti-hentinya membuat Ayah tersiksa?Aku berpikir keras, seolah hanya akulah anak Ayah. Padahal, kakak-kakakku semua masih ada."Siapa, Sel?" tanya Mbak Oliv dengan santainya, baru bangun tidur."Mau nyita rumah, Mbak. Sertifikat dibawa Mbak Dinda.""Oh," jawabnya santai.Aku terperanjat kaget dengan penuturannya. Santai sekali dia. Sama sekali tidak ada ekspresi serius dari wajah Mbak Oliv."Mbak, ini rumah Ayah mau disita. Kita harus bagaimana?" tanyaku, mengekor di belakangny
Last Updated : 2025-05-23 Read more