Lahat ng Kabanata ng Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO: Kabanata 21 - Kabanata 30

Gadis dengan pakaian feminim, wajah yang awet imut alias Baby Face, dan kelakuan yang seperti anak kecil. Ia masuk ke dalam apartemen dengan ceria. "Oooooom, aku datang!!!" Suara itu melengking sampai membuat Regan terbangun. Fadel dan Bella membeku. Mereka merasa canggung karena bingung dengan situasinya. Pertama, ini bukan tempat tinggal Regan, melainkan tempat tinggal Sugar Baby yang bahkan tidak diakui sebagai pacar. "Oh... banyak orang. Hai, Kak Fadel. Kamu?" tanya gadis cantik itu. Ia menunjuk Bella dengan pandangan yang penasaran. "Em... Nona Sheryl. Apakah Anda mau berangkat ke kampus, ayo saya antar!" ujar Fadel menyela. "Tapi, Ooom...." "Ayo!" Fadel langsung merangkul Sheryl keluar apartemen dengan lembut. Hal itu membuat Bella measa lega. Ia bingung juga akan memperkenalkan sebagai apa di hadapan keponakan kesayangan Regan. . Di mobil, Sheryl terus mengoceh dan bertanya tentang Bella pada Fadel. "Kak Fadel, cewek tadi tuh siapa? Dia kayak famil

Ruangan yang biasanya mendapat wangi mewah, kini ada bau jagung bakar dan kacang rebus dari kantong plastik milik Bella di atas meja sofa. Bella dan Regan juga masih saling tatap dengan pembicaraan serius mereka. "Aku rasa gak harus kaya untuk bisa menjamin hidup kita, tapi cukup dan berusaha lebih dari itu juga udah bagus. Karena gak semua orang bisa punya kesempatan untuk lompat ke atas." "Bisa kan kalo berusaha sekeras mungkin," balss Regan. "Gak segampang itu. Kamu mungkin gak relate, tapi aku yang emang lahir dari bawah... ya relate banget. Kalo aku gak pake jalan pintas dengan jadi Sugar Baby kamu juga, mungkin aku masih kerja bagai kuda sampai tipes. Kesempatan jadi kaya kecil." Regan memilih diam, kalau sudah bicara soal relate. Ia memang menyadari tak bisa sepenuhnya bisa memposisikan diri sebagai orang dari kalangan bawah. "Tapi kalo tujuannya biar tetep eksis dan hidup mewah, ya aku setuju harus nikah sama Crazy Rich kayak kalian. Lagian agak dangkal kalo ngomongin p

"Pernikahan." "Tunggu... siapa yang akan nikah sama kamu?" Baru setelah keluar pertanyaan itu. Regan tidak lagi menjawab. Napasnya mulai teratur dan sepertinya ia benar-benar tertidur. Bella sebenarnya tau kalau ini soal restu dirinya dari Sheryl. Namun Regan terlalu berharap, sayangnya keponakanannya itu satu suara dengan orangtuanya yang tak mungkin setuju atas hubungan mereka berdua. Meski faktanya ia Sugar Baby, orang-orang kalangan atas taunya ia pacar Regan, jadi keluarga Regan nerasa terancam dengan kehadirannya. Apalagi sudah tersebar gosip bahwa Regan sangat menyukainya. Ia bisa jadi incaran gadis-gadis yang menyukai Regan kalau begini caranya. "Regan," gumamnya. "Kita gak perlu macam-macam. Jalur terbaiknya adalah kita berpissh dan kamu menikah dengan gadis pilihan keluargamu. Bukan aku." Itu ucapan Bella sebelum.ikut tertidur dan di sana Regan mendengarnya. Hatinya langsung nyeri mendengar pernyataan tegas itu. Bella benar-benar menolaknya atau menolak berju

Bicara dengan Om kesayangannya, Sheryl jadi paham kalau apa yang dikatakan Bella bukan kebohongan. Om kesayangannya itu, yang biasanya tidak menyukai bentuk komitmen. Mendadak berusaha membuat komitmen dengan Bella. Bahkan bisa dibilang, Reganlah yang bucin, bukan Bella. Bella malah seolah menjauh dan ingin lepas karena sadar diri. Padahal pikirnya, orang miskin seperti Bella akan memanfaatkan kesempatan ini untuk naik kelas menjadi orang kelas atas seperti banyak perempuan di luar sana. Namun, Bella memang persis seperti yang dikatakan Omnya, sosok yang baik dan cerdas. Berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan temen-teman kampus mereka. Regan juga menjelaskan kalau semua brrita yang Sheryl dapat adalah fakta lama, tapi sekarang sudah tidak. "Tapi, ini mencurigakan karena dia berubah setelah kontrak kalian hampir habis. Om gak curiga kalau ternyata dia memanfaatkan moment ini untuk memperpanjang kontrak? Biar Om suka dan mempertahankan dia." "Kalau begitu, kenapa di

Masuk ke kantor Regan, Bella yang awalnya pusing dan lemas--langsung melek dan takjub dengan isinya. Mewah tapi tidak terlalu mencolok. Ada kesan dark, klasik, tapi juga dominan. Ruangan itu didominasi warna hitam, silver, dan emas. Unik tapi menyatu. "Lo kek baru ke ruangan ini aja, planga-plongo?" tanya Sheryl langsung duduk dengan santai di sofa. "Emang baru pertama," balas Bella. Ia ikut duduk di sofa dan masih menjelajah ruangan dengan matanya. Benar-benar mengagumkan. Biasanya pemandangan seperti ini hanya ia lihat di Viedo dan foto. Kini bisa ia lihat dan rasakan secara langsung. "Masa lu baru pertama ke sini? Om gak pernah ngajak lu ke sini?" "Enggak, selama ini kami cuma ketemu di Apartemen," jawab Bella. "Owh... malang banget lu jadi pacar ya? Backstreet." Bella hanya tersenyum tipis. Ia biasa saja sih. Tapi kalau Bela asli, pasti akan merasa sedih dibilang seperti itu di depannya langsung. Namun, saat ia akan mengatakan sesuatu. Pintu tiba-tiba terbuka dan menampi