All Chapters of Sang Penguasa Elemental: Chapter 281 - Chapter 290

Langit keunguan terbelah perlahan, seolah tirai plasma yang terkoyak. Setelah Void General dipukul mundur, cahaya Eternal Core di tangan Axel memancar makin kuat. Getarannya menembus ruang antardimensi, menyalakan pusaran energi berwarna emas keperakan yang berdenyut di tengah kehampaan kosmos. “Koordinat baru terdeteksi,” ucap Catherine sambil menatap layar holografik di gelang taktisnya. “Planet bernama... Micron.” Dalam sekejap, partikel biru putih melingkupi tubuh Axel dan keenam belas istrinya. Medan teleportasi alami Eternal Core menyelimuti mereka, menarik kesadaran melewati lautan bintang menuju dunia baru. Ketika cahaya menghilang, mereka berdiri di atas permukaan kristal hidup… Planet Micron, jantung alam semesta yang berdenyut lembut bagai napas ilahi. Permukaannya berkilau seperti cermin kosmik, setiap langkah menghasilkan gema yang menembus jiwa. Udara terasa ringan, namun sarat energi murni. Lautan cahaya mengalir di bawah permukaan kristal, membentuk sungai energi

Pendaratan mereka bukan di tanah… melainkan di reruntuhan kejayaan masa lalu. Saat portal menutup di belakang mereka, seluruh tim langsung merasakan sesuatu yang berbeda. Planet Orion tak lagi bergetar seperti peradaban tingkat sepuluh. Tak ada tekanan energi maha tinggi, tak ada lapisan atmosfir berlapis-lapis yang biasanya melindungi planet selevel itu.Yang ada hanyalah… kesunyian yang menakutkan.Axel melangkah paling depan, debu keperakan naik dari tanah yang retak-retak. Permukaan Orion dulu adalah tanah suci, pusat penelitian, meditasi, dan energi kosmik tertinggi. Kini tanah itu kering, pecah, dan tak lagi memancarkan cahaya. Lilian menatap sekeliling, pupilnya menyempit. “Planet kita, ini… seperti sudah mati. Energinya hancur. Cahaya kehidupannya padam…”Olivia merasakan hembusan angin yang bahkan tak membawa aroma kehidupan. “Ada angin, tapi tidak ada dunia. Tidak ada kota. Tidak ada kekuatan.”Catherine berlutut, menekan tanah retak itu dengan telapak tangannya. Batu yang d

Phantom dan Russell berdiri di medan Orion yang porak-poranda, debu kristal beterbangan, puing-puing bangunan hancur berhamburan. Mereka belum menyadari sama sekali seberapa kuat sebenarnya Axel dan para istrinya. Dengan congkak, Russell mengangkat Dark Soul Metal Stone seukuran kepalan tangan, cahaya hitam pekat menetes seperti ancaman.“Mungkin kalian banyak yang tidak tahu ini apa,” ujar Russell sambil memutar batu hitam itu di tangannya, matanya menyipit menatap Axel dan para istri. “Tapi Lilian dan Evelyn pastinya tahu betul. Aku perintahkan kalian bersujud di hadapan kami dan akui Lord kami Black Cyborg, maka mungkin kalian akan kami izinkan hidup sebagai budak.” Nada suaranya menyeramkan, campuran kepolosan psikopat dan kesombongan.“Monyet busuk, kau terlalu banyak basa-basi, langsung habisi saja mereka,” geram Phantom sambil menatap Evelyn. “Cukup sisakan Evelyn. Lord Black Cyborg pasti senang karena calon ratunya kembali.”Russell tertawa panjang, Phantom ikut menertawakan.

Cahaya hitam merah yang keluar dari tubuh Black Cyborg membuat permukaan Orion seperti berkerut. Tanah bergetar, udara menipis, dan reruntuhan kristal perlahan meleleh karena panas mekanis dari tubuh setengah mesin itu. Enam mata merah kecil terbuka di punggungnya, menatap semua arah sekaligus. Celovelyn melangkah maju, aura empat elemennya berkobar. Namun hanya dalam satu helaan napas, aura itu mendadak retak. Cahaya dan energi angin di sekitarnya bergetar tidak stabil. “Celovelyn...?” Mileva memanggil, heran. Lalu tubuh Celovelyn pecah seperti kaca. Cahaya berhamburan, pecahan energi berputar. Dan dari ledakan kecil itu, dua sosok muncul kembali, terengah. Lilian... dan Evelyn. Wajah mereka bukan sekadar marah. Tapi penuh dendam, kebencian murni, dan rasa ngeri yang tertahan selama ribuan tahun. Evelyn menatap Black Cyborg dengan mata membara. “Kakak Lilian, apa kau memikirkan hal yang sama denganku...?” Lilian menggenggam keras, suaranya serak menahan emosi. “Aku sud

Ruang di dalam medan delapan arah itu sudah retak seperti kaca yang dipukul dari segala sisi. Lilyn melayang perlahan, napasnya stabil, sorot matanya dingin dan tenang meski tubuhnya memancarkan kekuatan cahaya dan kegelapan sekaligus. Sementara di hadapannya, black cyborg mulai kehilangan konsistensi energi. Tubuh logam organiknya berkedut, alirannya terputus, dan lapisan hitamnya tampak berlubang oleh tebasan Lilyn sebelumnya. Guncangan hebat menghantam sisi barat medan pelindung, membuat Catherine dan Olivia harus menggandakan fokus untuk menjaga kestabilan batasan energi itu. Tanpa mereka, getaran dari pertarungan ini sudah cukup untuk meretakkan gurun Orion menjadi jurang-jurang baru. Axel memperhatikan dari tengah lingkaran para fusion lain. Napasnya berat, bukan karena kelelahan, tetapi karena tekanan spiritual dari dua monster yang bertarung di depannya. Setiap kali Lilyn dan black cyborg saling bentur, ia bisa merasakan denyut dari energi tahap sembilan puncak menggema sam