*“Nanti ada acara bersama Bu Wagub, Mas. Yang women interpreuner award itu, lho” kusampaikan itu agar Bian tidak banyak protes kalau hari ini sekali lagi aku keluar.“Belum selesai acara itu?” Bian heran.“Belum, Mas. Sejak awal memang ditaruh di hari kartini. Sekaligus peringatan hari kartini untuk para wanita.”Bian tak banyak bertanya lagi dia langsung masuk ke kamar mandi.Saat itu Vier masuk dan merengek.“Kenapa, Sayang?” tanyaku.“Mau itut mama!” rengeknya. Mungkin ahir-ahir ini sering kutinggal, Vier mulai protes.“Jangan sekarang, Nak. Nanti sama Tante Farah saja, ya?”Vier tidak mau mendengarku.Kalau dia terus menangis dan Bian melihatnya, tentu Bian akan memprotesku. Baginya tidak akan masalah kalau aku tidak kerja daripada mengabaikan putranya.“Oke-oke, nanti ikut mama. Tapi jangan nangis, ya?” bujukku padanya.Vier mulai tenang. Dia pun memeluk dan menciumku. “Matasih, Mama!”Lupa ponselku tadi kutaruh di meja makan saat menyuapi, Vier, Dini memberitahu bahwa ada panggi
Terakhir Diperbarui : 2025-08-22 Baca selengkapnya