"Qia, kamu dengerin Mama baik-baik ya..." Qiana langsung menegakkan badan, seperti anak SMA di hadapan wali kelas. “Laki-laki kayak Zayn itu... makin dikejar, makin lari. Tapi kalau kamu bikin dia nyaman, bikin dia ngerasa butuh kamu—lama-lama dia bakal balik sendiri. Bahkan tanpa kamu minta.” Qiana mengerjap. “Maksud Mama?” “Bikin dia bergantung sama kamu, Qia. Mulai dari hal kecil. Makanan kesukaan, baju kerja, tempat nyimpen kaus kaki, bahkan soal kegiatannya selama kerja. Biar dia ngerasa, ‘kalau gak ada Qia, hidupnya kacau’.” Qiana membulatkan mulutnya. “Ohhh...” “Bikin dia terbiasa sama kamu. Sampai akhirnya dia gak bisa hidup tenang tanpa kamu.” Qiana menelan ludah. Otaknya langsung bekerja. Challenge accepted, bisiknya dalam hati. Bu Atmaja menepuk punggung Qiana pelan. “Mama percaya kamu bisa. Tapi ingat ya, jangan pake emosi. Kamu harus sabar. Harus main pinter." Qiana mengangguk mantap. “Iya, Ma. Siap!” Setelah Bu Atmaja masuk ke kamar, Qiana langsung berdiri. Tan
Terakhir Diperbarui : 2025-07-06 Baca selengkapnya