Bianca masih memandang pintu utama villa yang baru saja tertutup setelah Niccolò pergi. Matanya berbinar, senyumnya tak bisa hilang. Seperti anak kecil yang baru saja bertemu idola, ia menepuk-nepuk tangan sendiri penuh semangat.“Ya Tuhan, Lucca… aku tidak menyangka akan bertemu pria setampan itu untuk kedua kalinya. Tatapannya, senyumnya, sempurna sekali!”Lucca yang duduk di seberangnya langsung mengetukkan jarinya ke meja, ekspresinya mengeras.“Bianca,” panggilnya singkat dengan nada peringatan. Namun Bianca tak mengindahkan, malah semakin tenggelam dalam rasa kagumnya.“Aku serius, Lucca. Niccolò itu seperti keluar dari lukisan klasik. Posturnya tinggi, wajahnya tegas, tapi tetap hangat. Aku bahkan hampir lupa bernapas ketika dia menatapku tadi,” ucap Bianca sambil terkekeh, jelas-jelas menikmati reaksinya sendiri.Alis Lucca menegang. “Kau bahkan lupa aku duduk tepat di depanmu?” suaranya datar, tapi nadanya mengandung bara. Ia mencondongkan tubuh ke depan, tatapannya menusuk.
Last Updated : 2025-08-23 Read more