Tyo terperanjat. Matanya yang melebar menatap wajah Gladys, masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.“…dan mendaftarkan gugatan cerai.”Suara itu menggema di kepalanya, mengiris seperti sembilu. Sesak tiba-tiba memenuhi dadanya, menyesakkan paru-paru hingga ia nyaris tak bisa bernapas. Napasnya memburu, tidak beraturan, seperti baru saja ditampar kenyataan paling pahit yang tak pernah ia bayangkan.“Gladys…” suaranya parau, nyaris seperti rintihan. “Kamu... mau bercerai?”Gladys mengangguk pelan, tapi tegas. “Ya,” jawabnya singkat dan cepat.Tatapannya lurus, tanpa gemetar. Tapi tangan yang menggenggam sisi kardus kecil itu nyaris putih karena terlalu erat menahan gemuruh dalam dada. Kardus itu berisi sisa barang-barangnya. Hal-hal kecil yang mungkin tak berarti bagi orang lain, tapi menyimpan potongan kenangan yang tak sanggup ia buang begitu saja.“Tidak,” Tyo menggeleng pelan, setengah tidak percaya. “Tidak, Gladys. Ini tidak benar.”“Pak, jangan mempersulit,” ucap
Terakhir Diperbarui : 2025-07-12 Baca selengkapnya