Langkah Amel tertahan saat Jonathan kembali menarik pergelangan tangannya. Genggaman itu begitu kuat, nyaris menyakitkan, seolah tak menerima penolakan.“Tetap di kamar ini!” tekan Jonathan. “Kamu istriku, Amel. Tempatmu di sini.” Amel menunduk, menatap pergelangannya yang nyaris kebas di dalam genggaman itu. “Lepas, kak,” desisnya lirih. Tapi Jonathan tak peduli. Sorot matanya keras, tajam, penuh tuntutan. “Lepas! Tanganku sakit!” seru Amel, bergetar dan panik. Ia berusaha menarik diri, tapi cengkraman itu justru makin menguat. Rautnya memucat. Tangis yang sudah ditahannya sejak tadi nyaris meledak.Dan dalam satu gerakan cepat, Jonathan menariknya, membuat tubuhnya terayun ringan dan terdorong ke dalam kamar. Pintu menutup dengan hentakan yang tak terlalu keras, tapi cukup membuat dadanya berdegup kencang. “Ini rumahmu.” Suara Jonathan terdengar berat di keheningan yang mendadak mencekam. “Tempatmu di sini. Di sisiku.”Amel berdiri terpaku. Pandangannya jatuh pada tempat tidur b
Terakhir Diperbarui : 2025-07-13 Baca selengkapnya