“Evan, bagaimana dengan Bi Rasti?"”Nayla terhenyak, dadanya sesak saat tiba-tiba teringat sosok Bi Rasti. Suaranya tercekat, penuh kecemasan. Dia berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi Evan cepat menahan lengan Nayla agar tetap berbaring. Matanya menatap tajam, suaranya dingin tanpa tedeng aling-aling.“Sudahlah, buat apa kamu pikirkan dia? Dia sudah meracunimu, Nayla.”Nayla menarik napas pelan, wajahnya lembut tapi penuh keberanian.“Tapi, Evan. Bi Rasti seperti itu karena ada yang menyuruhnya, bukan niat murni mencelakakan aku,” bantah Nayla dengan lirih.  Evan menggeleng, rahangnya menegang. “Tetap saja! Dia berusaha mencelakaimu, bahkan ingin membuatmu mandul! Apa kamu lupa itu, hah?!” sergah Evan dengan tegas, seolah tak ingin dibantah.Nayla menatap Evan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dadanya terasa sesak oleh campuran rasa cemas sekaligus takut. Dia meraih tangan Evan, lalu menggenggamnya dengan erat, dan tatapan matanya penuh harap.  “Evan, aku tahu kamu marah, 
 Last Updated : 2025-07-29
Last Updated : 2025-07-29