“Tapi, Evan. Kenapa kamu tiba-tiba bersikap seperti ini? Kamu membuatku khawatir.”Nayla menggenggam erat telepon genggamnya, jari-jarinya bergetar halus menahan campuran cemas dan kecewa yang merayapi dadanya. Suara Evan di ujung sana terdengar dingin, jauh berbeda dari hangat yang biasanya membuatnya merasa aman. “Sayang, besok pagi juga, aku akan pulang.” Namun, balasan Evan seperti tembok tebal yang tak bisa ditembus. Napas Nayla tersendat, dadanya sesak, dan matanya mulai memerah. Dia membayangkan bayangan Evan yang semakin menjauh, bukan hanya secara fisik tapi juga emosional. “Kamu pulang, ya,” lanjut Evan kembali, masih dengan nada yang sama, dingin.Mendengar itu, seketika Nayla tercekat dalam kebekuan, mencoba menahan keinginan untuk membantah, namun kata-kata itu terjebak di tenggorokannya. “Ba–baiklah, Evan.”Tanpa menunggu jawaban dari Evan, Nayla langsung menutup telepon dengan suara klik yang tajam. Napasnya keluar kasar, mata berkaca-kaca menatap keluar kaca mobil,
Terakhir Diperbarui : 2025-08-05 Baca selengkapnya