Menara Cahaya bergemuruh. Getaran dari pusatnya merambat ke setiap lantai, menjalar seperti nadi yang kehilangan irama. Di luar, langit retak. Bukan retakan fisik, melainkan retakan di lapisan realitas. Cahaya dan bayangan saling menyerbu, melintir, menciptakan warna-warna mustahil—ungu yang bernapas, merah yang menangis, biru yang meratap.Seraphine berdiri di atap sayap timur menara, jubahnya berkibar liar. Napasnya berat, dan matanya memandangi pusaran energi di pusat menara. Di sana, Elowen—teman, pemimpin, dan jiwa yang dipertaruhkan—telah menyatu dan menantang bayangannya sendiri.“Apa dia akan selamat?” tanya Levan pelan, berdiri di samping Seraphine. Suaranya nyaris tenggelam oleh angin yang menderu.“Dia tak sedang memilih antara hidup atau mati,” jawab Seraphine, lirih. “Dia sedang memilih antara mengampuni atau melupakan siapa dirinya.”---Di dalam lingkaran itu, Elowen menggenggam udara. Namun yang terasa adalah ingatan—kilasan tentang masa kecilnya, pertama kali melihat
Terakhir Diperbarui : 2025-07-22 Baca selengkapnya