Dinda menatap benda kecil di tangannya—sebuah flashdisk hitam polos, tanpa label, tanpa penanda. Hanya ada secarik kertas kecil yang diselipkan bersama dalam amplop cokelat, bertuliskan: “Untuk Dinda. Jika kamu sudah siap, buka ini.” Tulisan tangan itu… Dinda mengenalnya. Ia menahan napas, matanya berembun, tapi ia tahu—ini bukan waktunya untuk lari.Di kamar kos yang kini menjadi tempat tinggal barunya bersama Rayhan, Dinda duduk bersila di lantai. Laptop menyala. Tangannya gemetar saat memasukkan flashdisk ke port USB. Folder otomatis terbuka. Hanya ada satu file video: PesanTerakhir_Arsen.mp4.Ia menatap layar selama beberapa detik sebelum akhirnya menekan tombol play.Tampilan di layar menunjukkan wajah pucat Arsen, duduk di ranjang rumah sakit. Di belakangnya, jendela terbuka, memperlihatkan langit mendung sore hari. Arsen tersenyum kecil, lemah, tapi masih penuh sinar yang dulu membuat Dinda jatuh hati.“Hai, Din…” suaranya serak, tapi jelas.Dinda menahan napas. Tangannya refle
Last Updated : 2025-06-30 Read more