Kabar kehamilanku pelan-pelan menyebar di lingkungan sekitar. Tetangga datang silih berganti, menjenguk sambil membawa pisang, kacang hijau, susu ibu hamil. Beberapa ibu-ibu bahkan memberikan baju bayi bekas yang masih bagus. Arga tampak lebih sibuk dari biasanya. Selain membantu Bu Lastri di warung, dia mulai menerima kerja serabutan — jadi kurir antar barang, tukang cat pagar rumah, hingga bantu Pak RT memperbaiki saluran air. Suatu malam, Arga pulang dengan baju penuh cat dan tangan lecet. Aku yang sedang menyiapkan air hangat menatapnya iba. “Ga, kamu capek banget. Udah deh, nggak usah kerja sampe malam begini. Kamu bisa sakit.” Arga mendekat, mencium keningku. “Capek, Ran… tapi pas lihat kamu sama perut kamu, capeknya ilang. Aku kerja keras sekarang, biar nanti kamu bisa makan enak, anak kita sehat.” Aku memeluknya erat. “Aku sayang kamu, Ga. Tapi janji, kalau kamu sakit nanti malah bikin aku repot.” Dia tertawa, mengusap rambutku. “Iya, Bu. Siap laksanakan.”
Last Updated : 2025-08-22 Read more