Hujan di luar belum berhenti. Tapi hawa di dalam mobil jauh lebih dingin.Aku duduk diam di kursi penumpang, napasku tidak teratur. Sementara itu, Feby menopang dagu di setir mobil, menatap lurus ke kaca depan yang berkabut.> “Lucu ya,” katanya tanpa menoleh. “Kamu bisa berdiri di depanku sekarang, ngomong pakai tatapan penuh percaya diri.”Ia menyeringai, pelan tapi menyakitkan.> “Padahal kamu cuma kurir, Raksa. Cowok kampung, yang dulu aku... jijik buat sebutin namanya.”Aku diam.> “Tapi nggak apa-apa,” lanjutnya. “Aku suka eksperimen.”Ia akhirnya menatapku, pelan-pelan mendekat.> “Malam ini aku kasih kamu satu hal yang bisa kamu banggakan seumur hidup.”Seperti yang kau inginkan.> “Apa?” suaraku nyaris tidak terdengar.> “Ciuman,” jawab Feby, pelan. “Tapi setelah itu, kamu keluar dari mobil ini. Dan mulai besok, kamu siap-siap viral.”> “Viral?”> “Aku tinggal bilang kamu maksa. Nggak perlu bukti. Cukup muka polos dan air mata palsu sedikit, kamu tamat. Ia tersenyum manis —
Last Updated : 2025-06-27 Read more