Hujan kembali turun malam itu, lebih deras dari biasanya. Di luar jendela, cahaya-cahaya jalan memantul di genangan aspal, membentuk bayangan-bayangan yang tak beraturan. Nadine masih terjaga. Selimut hanya menutupi sebagian tubuhnya, dan punggung Lio yang mungil bergerak pelan setiap kali ia bernapas dalam tidurnya. Tapi pikiran Nadine justru makin ramai. Kalimat terakhir yang melintas sebelum ia memejamkan mata belum juga reda: “Mungkin pelarian terasa manis... sampai kau sadar arahmu entah ke mana.”Esoknya, hari bergerak lambat. Nadine beraktivitas seperti biasa, memasak sarapan, membereskan mainan Lio, lalu duduk memeriksa kalender yang entah kenapa kini tampak begitu kosong. Seolah waktu tak lagi punya arah.Sore hari, mendung kembali menggantung. Udara terasa lebih dingin dari biasanya, meski belum hujan. Nadine tengah melipat pakaian Lio saat mendengar ketukan di pintu. Tiga kali, pelan, lalu jeda. Ia menegakkan tubuh, jantungnya langsung melompat. Ada ketukan yang dikenalinya
Última atualização : 2025-07-24 Ler mais