"Puncaknya itu, Non, sekitar enam bulan yang lalu. Anaknya sakit panas tinggi sekali, sampai mengigau. Istrinya panik, mau bawa ke unit gawat darurat. Tapi kata Den Rio tidak usah, buang-buang uang. Cukup di kompres air hangat saja, nanti juga turun sendiri panasnya. Istrinya menangis-nangis memohon, tapi Den Rio tetap tidak mau.""Akhirnya," kata Mbok Na dengan nada dramatis, "istrinya itu nekat, Non. Dia diam-diam telepon bapaknya. Malam itu juga, datang mobil besar, bapak dan kakaknya menjemput dia dan anaknya. Barang-barangnya semua di tinggal. Kata Sri, waktu pergi itu istrinya sempat bilang ke dia, 'Sri, saya menyerah. Saya bisa miskin batin dan anak saya bisa mati kalau terus hidup sama suami pelit seperti ini'."Mbok Na mengakhiri ceritanya dengan helaan napas panjang. "Sejak saat itu, istrinya tidak pernah kembali lagi, Non. Kasihan sekali."Firli terdiam membisu. Tangannya yang memegang cangkir teh terasa dingin. Cerita Mbok Na bukan lagi sekadar gosip tetangga. Itu adalah s
Terakhir Diperbarui : 2025-09-07 Baca selengkapnya