Sambil mengusap air mata putrinya, Brielle terus menenangkannya dengan suara lembut.Mendengar suara ribut dari atas, Lastri pun bergegas naik. Melihat Anya menangis meraung-raung minta ayahnya, dia ikut merasa pilu.Dulu, dia sempat mengira Raka yang begitu menyayangi putrinya pasti akan tetap bertahan demi memberi anak mereka sebuah keluarga yang utuh. Bahkan jika Raka memang tidak mencintai Brielle sepenuhnya sekalipun.Ternyata, dia salah."Anya, biar Bibi yang antar kamu ke sekolah, ya?" Lastri mencoba membujuk."Nggak mau, aku maunya Papa, hmph!" Anya menyilangkan tangannya di dada, bibir mungilnya manyun.Brielle menggigit bibir merahnya, lalu akhirnya membuat keputusan. Dia berkata lembut, "Begini saja, hari ini Mama biarkan Papa yang menjemputmu, bagaimana?""Kalau begitu, Papa bisa pulang makan malam sama aku nggak?"Brielle tertegun. Menatap mata putrinya yang penuh harap, dia tidak tega menolak dan akhirnya mengangguk pelan. Barulah Anya berhenti menangis, senyumnya merekah
Read more