Saat Arlena terbangun lagi, dia sudah terbaring di ranjang rumah sakit.Declan duduk di samping ranjang, sibuk bekerja dengan laptopnya. Seolah merasakan sesuatu, dia mengangkat pandangannya ke arah Arlena.Mata mereka bertemu. Declan menghela napas lega yang nyaris tak terlihat, tetapi nadanya tetap dingin seperti biasa, "Bagaimana rasanya diintimidasi?""Ingat pelajaran ini, lain kali jangan cari masalah lagi dengan Callista."Arlena terdiam dan membuang muka, setetes air mata diam-diam mengalir dari sudut matanya.Dulu, dia menganggap Declan sebagai penyelamat.Akan tetapi, sekarang, apa bedanya perbuatan pria itu dengan orang-orang yang merundung dia?Declan menatap gadis yang terdiam di ranjang rumah sakit, entah kenapa, hatinya terasa sedikit tidak nyaman.Dia cemburu dan menyakiti Callista, jadi wajar jika dia jadi seperti ini.Namun, kenapa saat melihatnya menangis, dia masih merasa tidak tega?Saat itu, perawat kecil mendorong pintu kamar. "Tuan Declan, AC di kamar Nona Callis
Baca selengkapnya